Sunan Kalijaga, Film Religi Pertama yang Saya Tonton dan Membekas di Hati
Perubahan Sunan Kalijaga menjadi penuh lumpur dan lumut serta rambutnya memanjang setelah bertapa entah berapa lama. Pernah juga tongkat Sunan Bonang yang ada di dekatnya berubah menjadi ular dan melingkari leher Sunan Kalijaga, namun tak mampu mengganggu kekhusyukan meditasinya.
Film Sunan Kalijaga dalam ingatan saya yang sekarang, kalau saya boleh menyimpulkan, ternyata bercampur dengan sedikit mistik-mistik. Bagaimana para wali itu berbeda dengan ustadz atau kyai yang kita jumpai sekarang ini, yang umumnya mengajarkan amalan-amalan ibadah. Para wali ini tentu tingkatannya lebih tinggi. Punya ilmu manunggaling kawula gusti, ilmu-ilmu sufistik yang susah dipahami orang awam seperti saya.
Adegan bertapa itu sempat dikritisi seorang ustadz di era sekarang. Mengapa seorang wali mendapatkan ilmunya dengan jalan bertapa yang lama, tidak salat, tidak makan, tidak minum, yang menyebabkan kesesatan pikir pada pengikut ajarannya.
Terlepas dari kontroversinya, ada pelajaran yang dapat dipetik dari film Sunan Kalijaga ini antara lain:
1. Orang dapat berubah dan yang mampu mengubah hanyalah Allah SWT. Raden Said yang bengal dan tipe pemberontak dapat berubah menjadi Sunan Kalijaga yang penuh welas asih. Tentu saja setelah menjadi wali, dia tidak lagi mencuri untuk diberikan kepada masyarakat miskin, karena ia telah memiliki cukup ilmu untuk dapat membantu masyarakat miskin tanpa harus mencuri.
2. Kesabaran pasti membuahkan hasil yang diinginkan. Selama berbulan-bulan Raden Said dengan sabar menunggu Sunan Bonang datang kembali setelah menyuruhnya bertapa. Dengan tapa/meditasinya tersebut, Raden Said mendapatkan dua hasil sekaligus yaitu ia berhasil menjadi murid Sunan Bonang; dan meditasinya telah membuat ia lebih arif dalam menyikapi hidup.
Demikian film religi yang saya bahas sedikit untuk memenuhi tugas tema Samber kelima. Terima kasih sudah membaca, ya?**