Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Full Time Blogger

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kesederhanaan adalah "Koentji" Berkebijaksanaan dan Berkesadaran

12 April 2022   04:00 Diperbarui: 12 April 2022   04:26 2108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesederhanaan adalah "Koentji" Berkebijaksanaan dan Berkesadaran
Gambar: fathani.com

Menjadi hidup sederhana, tidak memperlihatkan tampilan kemegahan gaya hidup, berupaya meluhurkan sesama adalah bukti hidup ia sebenarnya sarat kedudukan yang luhur.

Banyak orang-orang kerepotan sendiri dan babak belur secara ekonomi, demi memperjuangkan hasrat gaya hidup yang mewah dan megah. Sampai hutang sana-sini, pinjol jadi sasaran, yang akhirnya harta ludes semua karena terjerat bunga hutang.

Pandai menjadi pribadi sederhana itu sejatinya butuh jalan terjal dan rasa perih dihati. Kita harus mengorbankan perasaan, merasa diri direndahkan oleh orang-orang yang hanya melihat tampilan materi yang kita miliki sahaja. Kita terpaksa untuk dijudge "jangan deket-deket sama dia, dia orang susah," dan ungkapan perih nan pedih lainnya.

Padahal ada kisah mengharukan dibalik jalan hidup kesederhanaan. Jika para petinggi negara berupaya jalan hidup dengan bergaya hidup sederhana dan membumi dengan rakyat terkasih, semua kalangan rakyat pasti mendambakannya dan tak ada jarak pemisah ibarat bumi dan langit.

Kesederhanaan adalah bukti nyata kita dihadapan Tuhan Yang Maha Kaya. Bahwa kita sejatinya fakir, tak punya apa-apa. Semua harta yang dimiliki tak ada artinya, bahkan menjadi beban moral yang mengukur berat timbangan pahala dan dosa di Yaumul Hisab (Hari Perhitungan Amal), dari mana harta kita berasal, dipergunakan untuk apa, bagaimana cara memperolehnya, pertanyaan 5W + 1H akan dicercar pada sang pemilik harta melimpah. 

Dan uniknya orang-orang fakir semasa di dunia, malah paling cepat melalui Yaumul Hisab, seperti perlakuan VVIP (Very Very Important Person) guys! Karena apa yang mesti dihisab, toh dia fakir semasa di dunia kok.

Beda jauh, jika kita mempergunakan harta dan fasilitas duniawi guna mencerdaskan sesama hidup, sangat relevan dengan visi konstitusi dasar kita "Mencerdaskan Kehidupan Berbangsa". Nah harta benda yang dipergunakan di jalan inilah yang kelak akan meringankan perjalanan berat kita di Yaumul Mahsyar.

Kesederhanaan adalah "Koentji" agar kita makin bijaksana dan makin berkesadaran. Hati kita semakin terasah untuk memahami sesama, tutur kata yang penuh keelokan bahasa nan penuh kelembutan, hiasan personalitas yang makin menggugah hati para pemirsa karena piawai dalam berkebaikan dan berkebenaran. 

Bulan puasa ini dijadikannya untuk menahan nafsu diri yang serakah dan tak pernah puas belanja kemewahan dan kemegahan, mari belajar jadi pribadi yang sederhana dengan gaya hidup seadanya tanpa perlu merogoh kocek dompet yang sudah kedinginan sepi pengunjung kertas kertas merah rupiah ahahahah.

Belajar menjadi pribadi sederhana, belajar untuk sadar urgensi. Yakni urgensi mana yang benar-benar kita butuhkan (need), dan mana yang sekedar untuk melampiaskan keinginan yang tak pernah ada puasnya itu (lust).

Belajar menjadi pribadi sederhana, belajar untuk memiliki kepekaan sosial yang hebat, tidak menjadi sosiopat apalagi psikopat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun