Inview
Inview Freelancer

Cara lain melihat Indonesia dari sudut pandang berbeda, ditulis dengan santai dan bebas. Namun tetap menjaga kaedah jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

TRADISI

Ramadhan Journey - Tradisi Menyambut Ramadhan di Aceh Harus Kembali ke Khitahnya

28 Maret 2023   10:47 Diperbarui: 28 Maret 2023   11:00 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Journey - Tradisi Menyambut Ramadhan di Aceh Harus Kembali ke Khitahnya
Warga membeli daging Meugang jelang Ramadhan di pasar dadakan di Kota Banda Aceh. Foto: Suparta/acehkini

Part 1 dari seri Ramadhan Journey

Pagi itu seorang anak terlihat sedang berdialog dengan ibundanya di pojok gubuk kecil yang terbuat dari bambu dan triplek seadanya. Ia menanyakan perihal hari ini apa ibunya akan membelikan daging untuk dimasak. Karena hari ini adalah hari Meugang, yang mana seluruh lapisan masyarakat membeli dan memasak daging. Karena besok sudah masuk puasa Ramadhan.

Namun Janda Anak 1 itu belum ada uang untuk membeli daging Meugang hari itu. Maklum habis badai Covid-19 kondisi ekonomi para petani desa tidak menguntungkan. Karena harga-harga hasil pertanian sedang turun. Hasil bumi sedang tidak memihak kepadanya.

Setelah bercakap dengan anaknya, kemudian janda korban konflik yang akrab Nyakmah itu bergegas menuju pasar. Untuk melihat apa ada daging yang tidak layak di jual di pasar agar anaknya bisa merasakan daging atau minimal perasa saja.

Setelah ia melihat-lihat seisi pasar ia belum berani menanyakan perihal apa ada daging yang tidak  layak di jual, namun masih bisa untuk diolah. Hampir setengah hari ia mengelilingi pasar itu. Kemudian ada pedagang yang menegurnya dan menanyakan kepadanya kenapa dari tadi dia hanya keliling pasar.

Dari itu Nyakmah memberanikan diri menceritakan perihal dirinya ke pasar. Sangat terkaget dan terkejut pedagang itu. Kemudian pedagang itu menanyakan suaminya kemana. Nyakmah pun menceritakan kalau suaminya adalah korban pembantaian saat DOM di Aceh pada tahun 2004 yang lalu. Dimana saat itu anaknya masih balia baru beranjak usia  3 bulan.

Kemudian sambil berlinang air mata pedagang itu membungkus daging satu tumpuk untuk dibawa pulang oleh Nyakmah agar anaknya yang menginjak usia remaja itu bisa bahagia di hari Meugang seperti anak lainnya.

Dari kisah-kisah pilu yang saya dengar dari teman-teman di Aceh, saya pun menelusuri seberapa penting melestarikan tradisi Meugang di Aceh. Dibawah penduduk yang masih banyak berada dibawah garis kemiskinan. Apalagi tradisi Meugang ini dalam satu tahun ada 3 kali, 1 hari sebelum Ramadhan, 1 hari sebelum Idul Fitri dan 1 hari sebelum Idul Adha.

Bagaimana sejarah Meugang ini ada di Aceh, darimana asal muasalnya. Sejauh mana akan pentingnya tradisi ini untuk di lestarikan.

Untuk menjawab hal itu saya menghubungi Tokoh Agama dan masyarakat yang ada di Lhokseumawe. Tgk. Mustakim Nurdin Pimpinan Ma'had Ahlul Qur'an Kota Lhokseumawe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun