Iqbal Alfajri
Iqbal Alfajri Desainer

Saya adalah seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Renungan 7 Ramadan: Memahami Aqidah

18 Maret 2024   15:52 Diperbarui: 18 Maret 2024   15:53 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan 7 Ramadan: Memahami Aqidah
Aqidah adalah hal yang paling penting dalam kehidupan seorang muslim. (Dok. pexels - abdullah ghatasheh)

Aqidah atau tauhid adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia, terlebih kaum muslimin. Di antara keutamaan perkara ini adalah tujuan penciptaan manusia dan jin. Para rasul tidak diutus oleh Allah Ta’ala melainkan untuk mendakwahkan aqidah yang benar, dan hanya dengan aqidah yang benarlah kebahagiaan dunia akhirat akan diraih.

Karena kududukan aqidah yang sangat agung ini, terlebih fungsinya yang sangat penting dalam kehidupan, maka sudah seharusnya setiap muslim memperhatikannya dengan penuh kesungguhan melebihi perhatiannya kepada perkara-perkara yang lain. Sehingga aqidah yang ia yajini benar-benar sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah, serta terjaga dari segala penyimpangan dan kekeliruan.

Aqidah adalah perkara-perkara agama yang berkaitan dengan keyakinan di dalam hati. Pondasi terpenting aqidah Islam adalah rukun iman.

Agar aqidah terjamin kebenaran dan kemurniannya, hendaknya ketika mengambil, mengkaji, dan memahaminya menggunakan metode kaidah berikut ini:

  • Sumber aqidah yang benar adalah Al-Qur’an, sunnah yang shahih (seluruh perawinya dapat diterima), serta ijmak para sahabat radhiyallahu ‘anhum.
  • Setiap hadits shahih wajib diterima dan diamalkan. Karena hadits shahih memiliki kedudukan yang sama dengan Al-Qur’an.
  • Memahami ayat dan hadits shahih tentang aqidah dengan benar. Yaitu dengan tidak mengubah makna ayat atau hadits dari makna lahirnya, dan bila makna lahirnya tidak jelas, maka sebaiknya merujuk kepada ayat lain, hadits lain, atau pemahaman para salafus shalih (sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in) serta para ulama yang mengikuti jejak mereka dalam masalah aqidah.

Segala hal yang berkaitan dengan aqidah telah dijelaskan oleh Al-Qur’an dan sunnah, maka tidak dibenarkan bagi seseorang untuk mengklaim bahwa ada hal-hal baru dalam aqidah, karena hal tersebut termasuk bagian bid’ah yang sesat.

Akal yang sehat pasti sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah yang shahih. Ketika ada kerancuan antara keduanya, maka Al-Qur’an dan sunnah didahulukan daripada akal, karena akal tetap saja memiliki batas.

Metode-metode tersebut bila digunakan secara baik, maka akan sangat membantu kita dalam mengkaji aqidah/tauhid yang benar, sekaligus menjaga dari penyimpangan  dan kesalahan, tentunya setelah curahan taufik dan hidayah dari Allah Ta’ala.

Disarikan dari Serial Dasar-dasar Islam terbitan Indonesian Community Care Center

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun