Cara Memaknai Ibadah Puasa Ramadhan versi Pengalaman Pribadi
Kita semua tahu bahwa seluruh umat muslim didunia akan selalu senantiasa bersuka cita di dalam menyambut bulan suci ramadhan. Mengapa tidak? Karena pada bulan ramadhan semua pahala akan dilipat gandakan.
Semua ibadah sunah akan memiliki pahala yang sama ketika kita melakukan ibadah wajib pada hari biasa. sedangkan ibadah wajib akan jauh lebih besar pahalanya kita dapatkan apabila kita melakukannya dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, tidak heran jika semua orang akan berpacu dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan melakukan ibadah sebanyak-banyaknya. Biasanya sholat lima waktu dilakukan sendiri di dalam kamar, pada bulan ramadhan semua orang akan berbondong-bondong untuk meramaikan Mesjid dan Musholla untuk beribadah bersama-sama.
Menjalankan ibadah puasa pada bulan ramadhan, akan menjadi sebuah sarana ampuh untuk kita semua agar bisa lebih dekat dengan Sang Pencipta untuk bermunajat dan meminta segala pertolongan dan kebahagian hidup[ di dunia dan akhirat.
Mensyukuri segala nikmat
Makna puasa berikutnya adalah mensyukuri segala nikmat yang telah ada diberikan kepada kita. Untuk hal ini, kita akan banyak lebih bersyukur dan mengerti bagaimana untuk bisa menghargai sebuah makanan yang akan kita konsumsi.
Menahan hawa nafsu seperti haus dan lapar, merupakan sebuah ujian bagi kita dalam sikap bersyukur kepada Allah yang masih memberikan kita hidup dan rezeki. Pada saat itu kita belajar untuk berempati kepada lingkungan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Berapa banyak orang-orang yang kelaparan dan tidak bisa makan atau seberuntung kita untuk masih bisa dapat menikmati hidup. Dengan menajlankan ibadah puasa ini, maka kita disuruh untuk belajar bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikannya.
Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 :
"Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Melatih diri, hati dan jiwa
Dalam menjalankan ibadah puasa tidak hanya menahan rasa haus dan lapar saja. Kita diperintahkan juga untuk menjaga sikap dan perilaku yang bisa merusak pahala puasa yang sedang kita jalani.
Hal ini lebih menyuruh kita untuk melatih kesabaran dan tidak mudah terpancing dengan hal-hal yang bisa membuat kita marah dan emosi. Selain itu kita juga harus menajaga lisan dan hatiu untuk tidak menyakiti orang lain dan memiliki prasangka yang tidak-tidak.