Gagal Tugas Imam Tarawih Gara-gara Petasan Meledak
Tono hanya sampaikan kultum tak sampai 5 menit. Lipatan kertas berisi materi kultum singkat ala KH. Zainuddin, MZ membantunya melewati 5 menit tergugup dalam hidupnya. Isi materinya pun singkat, dan ia hanya membaca.
Tugas pertama usai. Kini, Tono dihadapkan pada ujian terberat sesungguhnya, menjadi imam tarawih berjumlah 23 rakaat.
Ia maju ke shaf imam. Ia tengok ke belakang, shaf jamaah tak sampai dua baris, mengingat ini sudah memasuki ramadhan malam ke 24. Ia sedikit lega. Makin sedikit jumlah jamaah yang hadir, membuat rasa gugupnya berkurang.
" Allahu Akbar!" Tono memulai takbir pertama pada dua rakaat awal tarawih. Di luar masjid, anak-anak begitu berisik membunyikan petasan. Berkali-kali membuat jamaah kaget, dan tersulut emosi.
Dua rakaat awal, sukses Tono pimpin. Walau bacaan Qurannya tak buruk-buruk sekali, ia sukses melewati dua rakaat awal dengan bacaan cepat.
" Allahu Akbar!' Tono memulai takbir lagi untuk dua rakaat tarawih berikutnya.
Ddduaaaaaaarrrrrr....dduuaaarrrrr... dduuuuarrrr. 3 petasan terbang, dan masuk ke dalam masjid lalu meledak keras. Satu petasan menyasar mimbar dan meledak, persis di samping Tono. Bau menyengat seperti bubuk mesiu, membuat isi masjid kalang kabut.
" Astaghfirulloh.. kerjaan siapa ini! " Masjid riuh, bapak-bapak jamaah, berhamburan keluar mengejar pelaku yang diduga anak-anak tadi.
Tono hanya diam terpaku di atas sajadah imam, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Ia masih terkejut dengan ledakan petasan tepat disampingnya. Kini hanya tinggal Tono dan beberapa jamaah yang bertahan, yang lain mengejar pelaku peledak petasan.
" Terus gimana ini, pak? lanjut, enggak?" tanya Tono kepada salah satu pengurus di belakangnya.
" Udah, bubar aja Ton, lanjut tarawih di rumah masing-masing aja. Lagipula jamaah sudah kehilangan mood. " ucap bapak itu sambil berdiri dan berlalu pergi.