Mulut yang Sehat Ciptakan Hidup Selamat
Ketika Kompasiana ingin kami membahas tentang kesehatan mulut, saya yakin banyk bloger yang sudah mengupas dari sisi kesehatan dan manfaat menjaga mulut agar terbebas dari bakteri atau kuman penyakit. Apalagi selama puasa yang selama setengah hari kita tak bisa menggosok gigi atau mengulum permen.
Dalam merespons topik tersebut, saya tertarik memandangnya dari sudut agama, yakni sisi spiritual. Kebetulan kemarin seorang penceramah menuturkan bahaya lisan yang berpotensi merusak pahala puasa jika betul-betul tak dijaga.
Penyebab pahala puasa rusak
Dalam kajian menjelang berbuka itu, pak ustaz muda menyampaikan bahwa pembatal pahala puasa ada lima. Uniknya, en negatif.mpat dari lima aspek tersebut ternyata berkaitan dengan lisan atau mulut. Secara harfiah mulut dan lisan memang berbeda, tapi dalam pembahasan kali ini saya ingin menariknya dalam tataran yang sama sebab keduanya sama-sama mendesiskan energi yang luar biasa--baik positif maupun negatif.
1. Maksiat mata: pandangan mata tak bisa dianggap sepele sebab semua berawal dari pantauan melalui indra penglihatan. Mata menjadi jendela utama untuk mengakses informasi dan memberikan pasokan kepada otak untuk diroses. Jika selama puasa, kita abai pada sisi verbal--dalam arti membiarkan berkata tanpa kontrol-bersiaplah menerima akibatnya!
2. Gibah: menggunjing adalah dosayang kerap diremehkan. Dengan dalih mengucapkan kebenaran, kita kadang enjoy membicarakan keburukan orang tanpa maksud mengoreksi atau mengingatkannya. Kita sekadar merayakan terbukanya aib orang tanpa sadar bahwa kejadian serupa bisa menimpa diri kita.
3. Namimah: mengadu domba juga menggunakan mulut. Jangan sampai kita menggugurkan pahala puasa lantaran tak sanggup menjaga kendali atas luapan kata-kata yang memicu permusuhan antarteman atau dalam keluarga. Namimah termasuk dosa besar karena dapat memutuskan persahabatan atau tali silaturahmi yang mestinya dijaga.
4. Dusta: berkata dusta tak mungkin terjadi tanpa dukungan kata-kata. Lisan berucap tak sesuai dengan kenyataan. Banyak sebab orang berbohong, entah karena ingin terlihat pintar atau menciptakan kesan tertentu sesuai tujuan terselubung. Perkataan dusta tidak melulu berujung pada keuntungan materi, tapi lebih pada pemuasan nafsu untuk membuat orang meyakini apa yang kita ucapkan.
5. Janji palsu: janj-janji diobral tanpa khawatir bisa tidakna menepatinya. Tanpa perlu menunjuk politisi, janji palsu boleh jadi sering kita buat tanpa kita sadari. Dalam konteks yang sederhana di rumah atau lingkungan kerja, atau bahkan circle ibacah, kita bisa saja menghamburkan janji-janji manis tanpa antisipasi.
Keempat faktor tersebut berhubungan dengan mulut. Percuma mulut dijaga kebersihan dari ancaman bakteri maupun virus kalau tidak didukung dengan hati nan sahih yang menyuarakan kebenaran dan cinta kasih.
Kebersihan mulut tercipta saat kita mampu menerima diri kita sebagai makhluk yang lemah sehingga akan senantiasa berhati-hati dalam memproduksi kata-kata. Kata-kata adalah anak kandung pengucapnya, begitu dulu pernah kubaca. Kalau asal gobleg atau ngejeplak, bersiaplah menerima serangan balik laksana bumerang yang menghancurkan.
Itu semua gara-gara tak bijak menjaga (kebersihan) mulut!