Bercengkrama Bersama Ikan, Antara Ngabuburit dan Healing
Ngabuburit. Mungkin kata ini yang paling familiar dan populer saat Ramadan seperti saat ini.
Apalagi sekian lama terbelenggu dalam jerat pandemi, kata-kata itu sempat kehilangan gaungnya. Kini ngabuburit menjadi obsesi semua orang untuk menikmatinya bersama keluarga, maupun sendiri.
Saat sore menjelang berbuka, sepanjang jalan raya di dekat rumah saya menjadi sangat ramai seperti ada tontonan. Di tepi jalan banyak lapak-lapak penjual takjil dadakan. Saya sampai bingung mau menyeberang karena padatnya lalu lintas. Kini saya lebih suka tinggal di rumah di saat-saat menjelang berbuka seperti itu. Ngabuburit di rumah saja.
Biasanya, saya sibuk memasak hidangan, dan beberapa saat menjelang berbuka, baru mempunyai waktu luang untuk bersantai. Jadi hampir tidak pernah ngabuburit di luar rumah.
Suami saya sesekali mentadaburi alqur'an. Terkadang bersantai di belakang rumah bersama saya.
Biasanya kami bersantai di gazebo. Tempat privat bagi kami untuk melepas penat dan bercengkrama. Sesekali bermain bersama ikan nila yang kami pelihara di dekat gazebo. Menikmati keintiman dan quality time.
Dari pengeras suara masjid mulai terdengar lantunan ayat-ayat, kalam Illahi. Tidak lama lagi waktu berbuka tiba.
Inilah saat saya bersantai dan healing. Kenapa healing? Bukankah healing hubungannya dengan kejiwaan? Yah, meski mungkin tidak mengidap gangguan kejiwaan, merefresh otak dan pikiran sangat penting untuk menjaga stabilitas gangguan emosi yang bisa meningkat pada gangguan kejiwaan.
Ah, sepertinya tidak perlu dibahas mendalam. Ayo ngabuburit bersama saya dan ikan-ikan kesayangan.
Buka di tautan video berikut yaaa...