Tradisi Mudik dan Membakar Mercon di Jalan Raya
Sambil menunggu shalat Ied, ternyata tepat di seberang jalan ada warung buka. Soto ayam lamongan, salah satu makanan favorit suami, aku juga suka. Si bungsu juga. Jadilah sarapan di situ.
Di pinggir jalan, sambil menunggu pesanan siap, aku mengamati kondisi jalan penuh kertas berserakan. Sampah kertas bekas mercon, padahal jalan sangat sepi.
Shalat Ied khusuk terlaksana. Dengan kotbah tentang setan yang menjerit saat orang berpuasa. Angin yang berhembus dan angin yang masuk dari jendela besar di lantai 2 Masjid Kauman Waru membuatku terkantuk-kantuk. Akhirnya shalat Ied usai dan kami melanjutkan perjalanan.
"Dorrr!!!
Kami terlonjak kaget alias njundhil. Ternyata lalu lintas terhenti sebentar, sementara orang-orang sehabis shalat Ied membunyikan mercon di tengah jalan. Sesudah itu lalu lintas kembali lancar.
Kamipun melanjutkan perjalanan bersilaturahmi ke tempat saudara.
Dari tempat saudara, kami mampir ke masjid Akbar Nasional Surabaya. Ramai orang berfoto bersama keluarga. Sementara di pinggir jalan banyak penjual bakso, gado-gado, siomay, lontong kupang, lontong balap, lontong semanggi, dan kuliner khas Surabaya lainnya.
Dari masjid Al Akbar kami lanjut menjemput adik ipar dan keponakan untuk bersama-sama nyekar ke makam Tembok Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto.