Panggung Ramadan, Tradisi Melestarikan Budaya dan Merangkul Agama
Tradisi unik ramadan di daerahku?
Hemmm...topik yang membuat saya mengelus jenggot. Eh...bukan. Dagu maksudnya. Perempuan masa' berjenggot. Efek menunggu waktu berbuka nih, sepertinya.
Bingung...bingung...aku memikirkannya! Duh, ini lagi. Malah nyanyi. Nggak menyelesaikan masalah juga.
Kebetulan di desa sebelah ada Panggung ramadan yang dinamai gebyar ramadan. Acaranya menampilkan persembahan dari grup campursari, Hadroh, dan di malam sesudah salat tarawih diadakan lomba azan, lomba Hadroh, dan lomba thethek sahur . Sementara lomba melukis untuk anak-anak dilaksanakan sebelum Maghrib.
Untuk mengisi acara menjelang berbuka, yang biasa disebut ngabuburit kalau menurut tradisi masyarakat Sunda, ada penampilan campur sari dari Paguyuban Dongkrek Sido Nada yang menyanyikan lagu-lagu Jawa yang apik dan menghibur.
Dalam Acara ini, seusai shalat tarawih, di samping lomba-lomba yang diadakan, juga anak-anak gen Z dan generasi alpha diajak untuk mengenal lebih dekat kesenian Dongkrek yang merupakan kesenian asli Madiun.
Di sini, Paguyuban Dongkrek Sido Nada akan melatih anak-anak yang berminat untuk mempelajari Dongkrek.
Di samping Lomba, melestarikan budaya, melatih anak beragama, Gebyar Pasar ramadan juga menyediakan stand UMKM untuk membuka lapak di lokasi acara. Dengan begitu para UMKM bisa buka lapak saat ngabuburit untuk menyediakan takjil.