Isur Suryati
Isur Suryati Guru

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Tradisi Unik Masyarakat Sunda Menjelang Puasa, Masihkah Dilakukan?

31 Maret 2022   21:23 Diperbarui: 31 Maret 2022   21:27 1322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Unik Masyarakat Sunda Menjelang Puasa, Masihkah Dilakukan?
Ilustrasi mesjid di awal puasa |Pexels.co/ Rhyan Stark

Munggah yang kedua adalah munggah secara adat, artinya ada peningkatan dalam hal adat, kebiasaan, dan tradisi yang berkaitan dengan makanan. Umpama, jika pada bulan lain, makan cukup dengan lauk telur dan kerupuk saja. 

Maka, di bulan Ramadhan ada peningkatan, makan dengan lauk daging atau ikan. Agar semangat berpuasa semakin meningkat, dan keseimbangan gizi terjaga. 

Sehingga, satu bulan penuh kita akan mampu menamatkan puasa. Nah, dari sini lah rupanya, penyebab mengapa pada waktu bulan puasa, biaya makan meningkat dua kali lipat. Hihi.

ilustrasi makan bersama |Pexels.com/Nicole Michalou
ilustrasi makan bersama |Pexels.com/Nicole Michalou

Tradisi munggahan pada jaman dahulu, biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari pertama puasa. Pada saat makan siang, keluarga mengadakan acara makan-makan bersama atau botram. 

Ada yang dilaksanakan dengan keluarga besar, rekan-rekan, dan tetangga. Tradisi makan bersama ini, dapat dikatakan sebagai makan terakhir di siang hari, sebelum besoknya puasa.

Namun, seiring perkembangan jaman, acara munggahan ini waktunya bergeser. Tidak hanya dilaksanakan satu hari sebelum puasa. 

Adakalanya, seminggu sebelum puasa, tiga hari sebelum puasa, kantor-kantor dan sekolah-sekolah sudah mengadakan acara makan bersama di rumah makan, tempat wisata, atau ngaliwet bersama di kantor. Mereka mengatakan, kegiatan tersebut sebagai acara munggahan. 

Sah-sah saja menurut saya, yang penting inti dari tradisi munggahan tersebut, yaitu rasa syukur dapat bertemu dengan bulan Ramadhan. Dan yang paling utama adalah komitmen untuk meningkatkan ibadah, ya. 

Jangan munggah secara menu makanan saja, yang nantinya berimbas kepada biaya pengeluaran untuk berbuka dan sahur. Tapi, kebaikan dan pahala juga harus munggah, ya.

Menabuh bedug

Saat saya kecil, pada tahun 80 hingga 90-an alat teknologi berupa speaker, radio, dan televisi belum dimiliki secara banyak oleh masyarakat. Penyebabnya karena listrik belum masuk ke kampung saya saat itu. Baru pada tahun 1997, melalui program listrik masuk desa. Akhirnya, kampung saya menjadi terang benderang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun