Isur Suryati
Isur Suryati Guru

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Makna Ramadhan bagi Seorang Ibu yang Mengalami Ommatofobia

1 April 2023   10:00 Diperbarui: 1 April 2023   10:13 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makna Ramadhan bagi Seorang Ibu yang Mengalami Ommatofobia
Ilustrasi ibu dengan scopofobia (Pexels.com/Mart Production)

Dijelaskan dalam buku tersebut, bahwa Ommatofobia merupakan kondisi dimana seseorang merasa ketakutan atau cemas terhadap mata atau tatapan benci dari mata orang lain. 

Di bulan Ramadan, khususnya di negara-negara dengan mayoritas Muslim, aktivitas sosial dan kegiatan ibadah meningkat. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan Ema untuk bertemu dengan orang-orang yang memiliki tatapan mata yang menakutkan baginya, sehingga memperparah kondisi ommatofobianya. 

Selain itu, suasana Ramadan yang lebih sakral dan penuh dengan ibadah dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan bagi Ema, sehingga memperburuk kondisi ommatofobia yang dialaminya. Kondisi ini dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari Ema, terutama jika ia harus berinteraksi dengan banyak orang selama Ramadan. 

Dengan demikian, bagi seorang ibu yang menderita scopofobia, Ramadan bisa jadi waktu yang berat karena meningkatnya aktivitas sosial dan perhatian dari orang lain. Namun, sebagai seorang ibu, Ramadan juga bisa menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan anak-anak, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan ketaqwaan kepada mereka.

Gejala, penyebab, dan cara mengatasi Ommatofobia

Gejala ommatofobia, yang dijelaskan dalam buku Understanding Ommatophobia, the Fear of Eyes oleh Fritscher, L., antara lain perasaan cemas dan takut yang kuat saat berada dekat dengan mata atau tatapan orang lain, merasa terancam atau dalam bahaya ketika berada dekat dengan mata atau orang yang menatap, sulit berinteraksi dengan orang karena takut dengan tatapan mereka, dan menghindari situasi atau tempat yang mungkin bertemu orang dengan mata menakutkan.

Penyebab ommatofobia, menurut buku tersebut, bisa berasal dari berbagai faktor seperti pengalaman traumatis di masa lalu, pengaruh lingkungan sekitar, atau gangguan kecemasan dan stres. Faktor lain yang bisa memicu ommatofobia adalah ketakutan yang berlebihan akibat sering menonton film horor atau membaca buku yang menampilkan mata sebagai objek teror, atau pengaruh budaya dan agama yang memandang mata sebagai simbol kekuasaan atau pengaruh magis.

Cara mengatasi ommatofobia, menurut buku tersebut, bisa dilakukan dengan beberapa teknik seperti terapi perilaku kognitif untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang terkait dengan ommatofobia, terapi desensitisasi untuk membantu mengatasi ketakutan secara bertahap dan sistematis dengan menghadapi situasi yang memicu ommatofobia, dan terapi penyertaan sosial yang membantu memperluas jaringan sosial dan mengurangi rasa takut dan cemas yang terkait dengan ommatofobia. 

Selain itu, ada juga teknik relaksasi dan meditasi yang bisa membantu mengatasi gejala ommatofobia seperti pernapasan dalam dan visualisasi positif. Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam mengatasi ommatofobia, konsultasi dengan profesional kesehatan seperti psikolog atau psikiater bisa memberikan manfaat yang lebih optimal bagi penderita.

Ramadhan sebagai bulan penyembuhan

Untuk mengatasi scopofobia, seorang ibu dapat memanfaatkan Ramadan sebagai waktu untuk memperbaiki kondisi mental dan emosional dengan menghadiri sholat tarawih, pengajian, tadarus atau konseling psikologis untuk memperkuat kesehatan mental mereka. 

Selain itu, seorang ibu juga bisa mengatur aktivitas sosialnya sesuai dengan kenyamanan dan batasan pribadi, dan memanfaatkan waktu Ramadan untuk melakukan kegiatan yang memberikan rasa damai dan ketenangan, seperti membaca Al-Quran, berdoa, atau berdzikir.

Sebagai seorang ibu, Ramadan juga bisa menjadi kesempatan untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan ketaqwaan kepada anak-anak. Dalam menghadapi scopofobia, seorang ibu bisa memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai perbedaan dan mengembangkan empati terhadap orang lain yang menderita kondisi mental atau emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun