Isur Suryati
Isur Suryati Guru

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

7 Kegiatan Khas Anak 90-an Saat Bulan Suci Ramadhan yang Bikin Kangen

2 April 2023   07:47 Diperbarui: 2 April 2023   07:59 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Kegiatan Khas Anak 90-an Saat Bulan Suci Ramadhan yang Bikin Kangen
Ilustrasi jogging setelah sahur (Pexels.com/Cottonbro Studio)

Sinetron "Lorong Waktu" memang menjadi kenangan indah di masa kecil saya, dan tak pernah terlupakan di setiap bulan Ramadhan era 90-an.

Membantu ibu menghangatkan lauk sahur dan berkeliling membangunkan sahur

Beberapa jam sebelum berbuka, ibu selalu memasak berbagai jenis lauk yang bisa dihangatkan kembali di pagi harinya. Saya senang membantu ibu dengan menggunakan tungku api yang dinyalakan dengan kayu bakar, sambil menikmati suasana yang tenang dan sejuk di pagi hari.

Selain membantu ibu di dapur, saya juga sering melakukan kegiatan bersama teman-teman laki-laki di lingkungan kami, yaitu berkeliling untuk membangunkan orang sahur. Kami menggunakan alat musik tradisional seperti bedug dan rebana, serta mengumandangkan takbir dan doa di setiap rumah yang kami datangi.

Kegiatan ini selalu membuat kami merasa semangat dan meriah, terutama ketika kami bertemu dengan teman-teman dari lingkungan sebelah yang juga melakukan hal serupa. Kadang-kadang kami juga mendapat camilan dan minuman dari orang-orang yang kami bangunkan, yang tentunya membuat sahur kami semakin meriah.

Kenangan ini selalu membawa saya kembali ke masa kecil yang penuh semangat dan kebersamaan di bulan Ramadhan.

Mengikuti pesantren kilat satu bulan penuh

Salah satu kenangan manis masa kecil saya di bulan Ramadhan adalah ketika saya mengikuti pesantren kilat selama satu bulan penuh. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan selama bulan Ramadhan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat Islam.

Saya masih ingat betul bagaimana pesantren kilat itu begitu padat dengan kegiatan belajar Al-Quran, hadits, fiqh, hingga keterampilan seperti menjahit dan memasak. Kegiatan belajar di pesantren kilat itu sangat menyenangkan karena dipimpin oleh ustadz dan ustadzah yang kompeten dan diikuti oleh teman-teman sebaya yang selalu membuat suasana belajar menjadi lebih asyik.

Tidak hanya kegiatan belajar, pesantren kilat juga menawarkan berbagai kegiatan keagamaan seperti tarawih berjamaah, kultum, dan pengajian yang membuat saya merasakan keberkahan di bulan Ramadhan. Kami juga diajarkan tentang pentingnya membantu sesama dan berbuat kebaikan di setiap kesempatan.

Saya juga merasa senang karena bisa berkenalan dengan teman-teman baru dari berbagai desa yang juga mengikuti pesantren kilat itu. Kami saling bertukar cerita dan pengalaman, serta belajar menghargai perbedaan dan keberagaman.

Konsisten mengisi buku Ramadhan

Buku Ramadhan adalah buku kecil yang berisi catatan kegiatan selama bulan Ramadhan, seperti puasa, shalat tarawih, baca Al-Qur'an, serta amal ibadah lainnya.

Saya selalu merasa senang ketika mulai mengisi buku Ramadhan setiap tahunnya. Saya akan menuliskan setiap kegiatan yang saya lakukan selama bulan Ramadhan, dan juga menandai hari-hari puasa yang sudah saya jalani. Saya juga menuliskan doa dan harapan saya di setiap akhir hari.

Menjaga konsistensi mengisi buku Ramadhan setiap tahunnya membuat saya semakin merasakan keberkahan di bulan suci ini. Saya merasa semakin dekat dengan Allah SWT karena selalu mencatat setiap amal ibadah yang saya lakukan. Selain itu, buku Ramadhan juga menjadi bukti nyata dari perjalanan spiritual saya selama bulan Ramadhan.

Saat ini, saya masih menyimpan semua buku Ramadhan yang saya tulis sejak kecil. Buku-buku itu selalu menjadi kenangan indah dan motivasi untuk terus meningkatkan kualitas ibadah saya di bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan. Saya bersyukur memiliki kenangan yang berharga dan semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dan hidayah kepada kita semua.

Godin atau buka puasa tanpa sepengetahuan orang tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun