Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Administrasi

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Catatan Pulang Kampung, Kasus Bus ALS

2 Juni 2019   06:01 Diperbarui: 2 Juni 2019   06:23 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Pulang Kampung, Kasus Bus ALS
sumber: picdeer.com

Solusi dari masalah ini, PELNI perlu merombak cara penjualan tiket kapal laut dan menambah armada kapal. Terutama untuk daerah-daerah dengan permintaan tinggi. Seperti Tanjung Priok -- Belawan.

Maka, alternative yang masuk akal dan selalu ada solusinya, dengan menggunakan angkutan darat. Dalam hal ini, bus antar kota aantar Provinsi. Dan saya, menggunakan bus ALS.

Perjalan dengan Bus ternyata meninggalkan sejumlah kekecewaan pada para penumpang Bus. Bukan pada ketepatan waktu tiba ditujuan. Melainkan, lebih pada service yang diberikan pada penumpang Bus selama dalam perjalanan.

Hal ini, terasa sangat mengganggu, jika dilihat dari lama waktu tempuh yang dialami oleh penumpang. Bayangkan, tiga hari tiga malam.

Diantara kekecewaan itu, seperti yang akan saya ceritakan dibawah;

Awalnya, para penumpang, terhibur dengan hiburan musik yang diperdengarkan, penumpang maklum dengan volume suara yang besar. Maklum ini Bus Sumatera bung, semuanya tidak lemah gemulai ala Solo.

Namun, persoalan menjadi lain, ketika suara musik yang keras ini, semakin menjadi ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam hingga waktu sahur tiba. Ada penumpang yang protes, sang supir cuek saja. Saya coba duduk di samping supir, ternyata suara yang keras itu, pada bangku supir, terdengar hanya lembut saja. 

Pada supir saya sampaikan keluhan penumpang. Namun, jawaban sang supir, juga dapat saya terima. Mereka menghidupkan musik, agar tidak mengantuk. Dua buah kepentingan yang saling bertolak belakang.

Penumpang terganggu dengan suara musik yang keras. Sementara, supir akan mengantuk jika tanpa musik. Solusi dari masalah ini, saya pikir, harus ada terobosan dalam assesories musik. Mengapa tidak dibuat dua area speaker saja. Satu yang berada dekat bangku supir, dalam hal ini, terletak di sekitar dashboard supir dan speaker yang lain berada pada areal penumpang.

Sehingga, ketika malam tiba. Speaker untuk area para penumpang dimatikan saja, dan hanya speker untuk supir yang hidup. Dengan demikian, kebutuhan untuk dua kepentingan yang berbeda antara supir dan penumpang dapat diakomodir.

Keluhan yang lain. Harga makan dan minum pada tempat peristirahatan yang mencekik. BUS ALS akan berhenti, pada tempat perhentian milik mereka sendiri, pada daerah yang sepi, sehingga penumpang tidak memiliki akses alternative untuk mencari tempat makan pilihan lain, selain milik ALS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun