Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com
Mahmud Yunus dan Baiturrahman di Sungayang
Minangkabau bukan Indonesia. Minangkabau hanyalah bagian dari Indonesia. Namun, Indonesia tanpa Minangkabau bagai sayur tanpa garam. Daerah ini telah begitu banyak mewarnai perjalanan negara Indonesia. Putera-puterinya memberikan konstribusi tidak kecil pada bangsa ini, terutama pada awal kemerdekaan.
Ke sanalah --Ranah Minang- saya melangkahkan kaki. Sebagai pertanda saya telah kembali dari sana. Inilah oleh-oleh saya untuk semua sahabat.
Kunjungan kali ini, ke Kabupaten Tanah Datar.
Jika disebutkan kabupaten Tanah Datar, tentu, bayangan sebagian orang tentang Istana Pagarruyung. Karena Istana inilah Icon Ranah Minang. Namun, sedikit orang yang mengenal Mesjid Baiturrahman dan Mahmud Yunus dari Tanah Datar. Hebatnya lagi, kedua legend yang saya sebutkan tadi berasal dari satu Nagari yang disebut dengan Nagari Sungayang.
Nagari adalah istilah untuk desa di Pulau Jawa. Dengan sejumlah kampong --RW- yang terdiri dari Balai Diateh, Balai Gadang, Galanggang Tangah, Sianau Indah dan Taratak Indah. Belakangan, Sungayang dijadikan sebagai Ibu kota kecamatan dari kecamatan Sungayang.
Jika kita dari Bukittinggi, Nagari Sungayang dapat dicapai dengan Bus (angkutan umum) dengan mengambil tujuan jurusan Batu Sangkar --Ibu kota Kabupaten Tanah Datar-. Lalu, turun di simpang tiga Sungai Tarab. Sesaat setelah melewati Pakan (pasar) Sungai Tarab.
Simpang tiga tempat kita turun, dikenal juga dengan simpang tiga "Tiga Batur". Karena inilah simpang menuju Nagari Tiga Batur.
Dari simpang tiga Tiga Batur, perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan ojek ke Nagari Sungayang dengan ongkos lima belas ribu rupiah. Saya sarankan, ketika anda mulai naik ojek, siapkan kamera. Karena pemandangan yang terpapar selama kita dalam perjalanan dengan ojek, sayang untuk dilewatkan begitu saja. View alam dan view rumah gadang yang ditemui dalam perjalanan, adalah sesuatu banget untuk begitu saja dilewatkan, tanpa diabadikan.
Singkat cerita. Tibalah kita di Mesjid Baiturrahman.
Inilah salah satu Mesjid tertua di Sumatera Barat. Namun, sayang jejak Mesjid lama sudah tidak bersisa lagi.
Bayangkan, Mesjid lama yang dibangun pada rahun 1892 harus roboh akibat gempa bumi hebat, lalu atas inisiatif Datuk Gadang Majo Lelo, masyarakat sepakat untuk kembali membangun pada tahun 1910. Pembangunan Renovasi Mesjid Baiturrahman yang dimulai tahun 1910 itu akhirnya selesai pada tahun 1916.