Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Guru

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ngajak Si Bungsu Berkemah

28 April 2023   20:57 Diperbarui: 28 April 2023   20:59 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngajak Si Bungsu Berkemah
Jajaran tenda kegiatan Perkemahan Sabtu-Minggu (dokpri)

Tempat berkemah keluarga ini berlokasi di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Berada di lereng bukit yang cukup landai. Menuju ke sana memerlukan waktu sekitar satu jam dari tempat kami bertolak di daerah Cicadas, Kota Bandung. Kemudahan akses menuju tempat ini menumbuhkan perasaan "Bangga Berwisata di Indonesia".

Keadaan lingkungan sekitar masih terlihat hijau. Pohon-pohon kayu tumbuh dengan batang-batangnya yang besar, tinggi, dan berdaun lebat. Buah pepohonan ini yang disebut "Campolai" oleh warga setempat jatuh berserakan. Berukuran rata-rata sebesar bola pingpong dan berwarna kuning. Buah ini berasa manis dan dagingnya lembut. Bila digigit meninggalkan jejak berwarna kuning pada gigi.

Tanah lapang tempat mendirikan tenda pun semula adalah tempat tumbuh pohon-pohon kayu ini. Kami mendirikan tenda berjajar membentuk pola segi empat. Setiap penghuni tenda dapat saling mengawasi, saling menjaga. Menciptakan kenyamanan dan keamanan bersama.

Saya berpose bersama si bungsu (dokpri)
Saya berpose bersama si bungsu (dokpri)


Saat malam datang, suasana gelap pekat memayungi tanah lapang. Tak ada sumber penerangan yang kami lihat. Lampu-lampu penerang sengaja kami matikan. Sumber cahaya yang ada hanya cahaya rembulan yang berbentuk setengah lingkaran. Dan lampu-lampu lentera di setiap tenda.

Melihat barisan tenda, perasaan bahagia seketika merasuki hati. Tenda-tenda dan penghuninya terlihat seperti lampu lampion yang bercahaya terang. Atau seperti rumah-rumah boneka "Barbie" dalam penglihatan anak bungsu saya. Ia merasakan kegembiraan. Pengalaman pertama mengikuti kegiatan berkemah.

Malam semakin larut, hawa dingin seperti menyelimuti tubuh. Meski begitu para peserta camping tak banyak yang memilih untuk segera tidur. Mereka betah  bernyanyi-nyanyi, mengobrol, atau menikmati minuman hangat sambil memandang keindahan langit yang disinari cahaya bulan.

Kegiatan berkemah yang kami lakukan memberi saya penyegaran. Merasakan suasana yang berbeda dari rutinitas sehari-hari. Memandang indahnya  bentuk bulan dan kerlap-kerlip bintang mungkin di malam-malam lain pun saya lakukan. Namun, memandangi kedua ciptaan Tuhan itu di tempat terbuka memberi nuansa yang lain.

Saya diliputi oleh perasaan terbebas dari beban kerja yang selama ini bergelayut. Pikiran yang sering dicekam penyakit mumet mendadak terasa ringan. Dan kekhawatiran serta kecemasan yang menguasai setiap ruang di hati tiba-tiba hilang. Inilah satu keajaiban, yang saya temui.

Bermalam di alam terbuka membawa saya menjalani pengalaman yang berbeda. Dan saya tak perlu pergi jauh-jauh untuk melakukannya. Lingkungan sekitar tempat tinggal pun menyajikan pesona yang menarik. Karena bumi kita, Indonesia adalah, .... negeri elok amat ku cinta. Sebagaimana bunyi lirik lagu Rayuan Pulau Kelapa.

@pesona Indonesia

@wonderful Indonesia

#di Indonesia aja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun