Dear Kampung Halaman
Dear kampungku,
Satu ruas jalan layang yang melintas di atas rel kereta cukup membuatku kagum. Betapa pesat perkembangan yang terjadi padamu, kampungku. Teringat aku pada satu masa, di pinggiran rel itu aku bermain air. Pada parit kecil berair jernih.
Saat si ular besi melintas, aku dan beberapa teman berlarian. Tak ingin kalah cepat menepi menghindari terpaan angin kereta. Saat kereta menjauh kami mendekati rel kembali, mencari butiran paku yang tadi dilekatkan agar tergilas roda besi kereta.
Pada tanahmu di sisi yang lain kampungku, aku melihat hal yang lebih bebat lagi. Di sana membentang rel kereta yang prestisius. Rangkaian rel berkonstruksi beton yang melayang puluhan meter di atas tanah. Memandangnya membuat kagumku padamu bertambah lekat.
Itulah rel Kereta Cepat Bandung-Jakarta. Kelak, rangkaian gerbong kereta yang melintas di atasnya melesat bak peluru. Melaju cepat menembus angin dengan suara bergemuruh. Jarak dan waktu dapat dipangkas. Bepergian dari Bandung menuju Jakarta atau sebaliknya, hanya menghabiskan waktu tak lebih dari satu jam.
Kemajuan adalah hal yang kau alami. Sebagaimana terjadi di mana pun, kemajuan itu pasti ada. Bila tak ikuti perkembangan zaman maka kita akan tergilas oleh roda kemajuan. Aku senang melihat sikapmu kampungku. Kau hadapi perkembangan zaman. Kau ikuti kemajuan yang dibawanya.
Izinkan aku berkisah kampungku. Sudilah kau dengar ceritaku ini. Aku adalah anak yang tumbuh dan berkembang di tanahmu. Dalam darahku terdapat udara yang kuhirup dalam kesejukan alam desamu. Bila aku memiliki kematangan dalam sikap, aku akui hal itu berkatmu jua. Karena seringnya aku berinteraksi denganmu.
Saat kendaraanku melintasi sebuah sekolahan seketika lajunya aku hentikan. Aku mencoba melangkah memasuki tempat yang mengenalkan aku pada apa yang dikenal dengan pendidikan. Di tempat ini untuk pertama kali aku mengenal huruf dan angka. Mengenal bacaan sebagai kunci yang akan membawaku mengarungi kehidupan.
Aku kenang para guru yang bijaksana. Kusampaikan doa sebagai ungkapan syukur dan terima kasih pada mereka. Tak dapat kusembunyikan kebanggaan dan syukurku. Masa-masa sekolah yang kuhatamkan di tanahmu ini kampungku, aku lalui dengan gilang gemilang. Lulus Sekolah Dasar sebagai lulusan terbaik, dengan perolehan nilai di atas rata-rata teman-teman.
Jangan marah pada kesombonganku berikut ini, kampungku. Di tanahmu jua aku masuki Sekolah Lanjutan Pertama terbaik. Aku mengukir prestasi dengan ciamik. Hal yang sama pada jenjang SMA. Aku melenggang memasuki sekolah dengan sebutan terbaik.