Idulfitri dan Hikmahnya
Iedul Fitri selalu menjadi momen yang menggembirakan bagi ummat Islam di seluruh dunia. Terlepas dari perbedaan penentuan 1 Syawal, Iedul Fitri selalu dinanti kehadirannya.
Setelah sebulan lamanya menahan lapar dan dahaga den melaksanakan ibadah-ibadah lainnya seperti tarawih, tadarrus Al Qur’an, menunaikan zakat fitrah, serta ibadah-ibadaha sunnah lainnya.
Iedul Fitri berasal dari kata “ied” dan “fitri”. “Ied dari kata “aada-ya’uudu” yang artinya kembali, sedangkan “fitri” memiliki dua makna yaitu suci dan berbuka. Suci berarti bersih dari segala dosa, kesalahan, keburukan.
Adapun arti fitri adalah berbuka didasarkan pada hadits Rasulullah SAW:”Dari Anas bin Malik: Nabi Muhammad SAW tidak pernah pergi (untuk sholat) pada hari raya Iedul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Iedul Fitri berarti kembalinya seseorang dalam keadaan suci, bebas dari dosa, kesalahan dan keburukan. Bisa dikatakan dalam kesucian atau fitrah.
Hal ini dikarenakan tarbiyah atau pendidikan yang merupakan kawah “candradimuka” ummat Islam selama bulan Ramadhan diharapkan mampu menggembleng jiwa dan kepribadian ummat Islam menjadi manusia yang bertaqwa sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan pada ummat sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al Baqarah “ 183)
Apa sebenarnya makna Iedul Fitri? Apakah memang saatnya “pamer” segala yang serba “baru”? Baju baru, sepatu baru, sandal baru, mukena baru, rumah “tampak baru” (karena beganti cat), dan seterusnya?
Tidak ada yang salah dengan baju baru, karena memang dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik, tapi bukan berarti harus baru. "Pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menggunakan pakaian terbaik yang kami miliki dan memakai wewangian terbaik yang ada pada kami, serta berkurban dengan binatang yang tergemuk yang kami punyai." (HR Hakim)
Ada banyak hikmah yang dapat kita ambil dari perayaan Iedul Fitri yaitu:
Kembali kepada fitrah. “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah) maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lau”. (HR Muttafaqun “Alaih)