(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
"Peci Pakol" Impian, Kopiahnya Para Mujahidin
Dibalik karut marut Afghanistan dan juga kuatnya citra "keras dan kekerasan" yang melekat pada masyarakatnya akibat konflik dan perang yang tidak pernah ada habisnya, menjadikan mata dunia lebih sering melewatkan berbagai sisi eksotis negeri para mujahidin ini.
Baca Juga : Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan
Salah satu sisi unik nan eksotis dari negeri Mujahidin ini adalah fashion untuk penutup kepala atau topi/peci/kopiah khas Afghanistan yang di negeri asalnya biasa disebut sebagai Pakol atau Pakul, yaitu topi multifungsi yang bagian bawahnya bisa digulung sesuai kebutuhan (bisa sampai menutupi kepala) yang dibuat dari bahan hangat dan kokoh berupa wol alias bulu hewan yang umumnya dari domba atau unta dengan teknik berlapis.
Topi unik dan multifungsi yang sekarang di Indonesia juga populer disebut sebagai topi Taliban ini, karena sering tertangkap kamera jurnalis dipakai oleh para kombatan Taliban ini, awalnya merupakan penutup kepala tradisonal pria Pashtun yang paling populer di masyarakat Afghanistan bagian utara yang berbatasan langsung dengan Pakistan atau tepatnya di sekitar Nuristan dan Chitral.
Baca Juga : Bagarakan Sahur dalam Kelindan Semangat Egalitarian "Tidak Ingin Masuk Surga Sendirian"
Peci Pakol ini semakin mendunia setelah dipakai oleh Ahmad Shah Massoud, tokoh penting militer Mujahidin Afghanistan yang digelari Singa Panjshir, aktor intelektual dibalik perlawanan hebat para kombatan Mujahidin terhadap invasi Uni Soviet selama hampir 1 dekade, hingga pasukan beruang merah tersebut akhirnya memilih mundur dari perang super melelahkan di Afghanistan. menariknya, kebiasaan Massoud memakai pakol ini juga diikuti secara masal oleh sebagian besar pasukannya.
Disinilah titik balik populernya pakol keseluruh dunia, terutama ke negeri-negeri muslim termasuk Indonesia dan Asia tenggara, baik sebagai tren fashion untuk menutup kepala secara umum, maupun untuk kelengkapan beribadah sholat layaknya kopiah hitam berbahan kain beludru khas masyarakat melayu.
Di daerah asalnya, peci pakol yang juga dikenal sebagai topi Chitrali dengan sisi bagian atas berbentuk bulat layaknya jamur yang lembut ini tampil dengan balutan warna yang soft atau cenderum kalem yang konon katanya diambil dari warna tanah di Afghanistan utara, yaitu coklat, hitam, abu-abu, gading atau merah yang diwarnai menggunakan buah kenari.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya