(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Di Jepang Saya Melihat Islam, Tapi Tidak Melihat Muslim!
Lantas dimana posisi negara-negara yang secara tradisional identik dan juga mempunyai latar belakang keIslaman yang kuat? Uniknya, sebagian besar negara-negara yang secara tradisonal berlatar belakang Islam, justeru justeru menempati posisi bawah. Sekedar informasi, Arab Saudi di posisi ke-131 dan Indonesia di posisi 140.
Pelajaran dari Indeks Kota Islami
Khusus di Indonesia, Maarif Institut sebuah lembaga yang berkonsentrasi pada dunia keislaman, keindonesiaan dan kemanuasiaan juga melakukan penelitian yang kurang lebih mirip dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Scheherazade. S Rehman dan Hossein Askari, tapi dengan ruang lingkup penelitian hanya di Indonesia.
Penelitian bertajuk Indeks Kota Islami yang dilakukan pada awal 2016 tersebut, juga menghasilkan sebuah konklusi yang tidak jauh berbeda dari hasil penelitian tim dari The George Washington University diatas, dimana kota-kota dengan indeks Islami teratas justeru bukan kota atau daerah yang secara tradisional identik atau mempunyai kultur keIslaman yang diakui secara umum.
Baca Juga : "Guru dan Tuan Guru", Gelar Kehormatan untuk Alim Ulama Panutan ala Urang Banjar
Dan yang paling menarik adalah fakta terpilihnya Kota Denpasar di urutan ke-3 teratas sebagai Kota Islami, meskipun fakta terpilihnya Kota Yogyakarta dan Bandung yang masing-masing menempati posisi pertama dan kedua, juga tidak kalah menarik perhatian.
Seperti kita ketahui, ketiga kota diatas kecuali Denpasar yang memang paling unik, karena mayoritas penduduknya justeru beragama Hindu, mayoritas penduduk Kota Yogyakarta dan Bandung sama-sama beragama Islam, tapi secara umum bukanlah kota yang dikenal identik dengan Islam. Jika Jogja dikenal sebagai kota pariwisata, kota pelajar dan juga pusatnya perdaban budaya Jawa, maka Bandung sebagai kota fashion, musik dan industri.
Memang, temuan data yang termasuk unik sekaligus mengejutkan dalam penelitian ini, sifatnya tetap debatable. Artinya, siapapun yang berkepentingan dan mempunyai kompetensi, tetap bisa menguji sekaligus mengkaji validitas hasil penelitian tersebut.
Saatnya Ber-muhasabah
Tapi apapun itu, fakta dibalik ungkapan Muhammad Abduh, hasil penelitian Scheherazade. S Rehman-Hossein Askari dan juga hasil penelitian Maarif Institut yang mempunyai benang merah, jelas sebuah warning, sebuah kode keras untuk umat Islam. Sudah saatnya umat Islam melakukan otokritik sekaligus ber-muhasabah, introspeksi diri!
Menurut ustad Rahman, hasil penelitian ini semakin menunjukkan bahwa Islam sebagai way of life sepertinya masih sebatas retorika di lingkungan orang Islam sendiri, sebagian besar dari kita menurut beliau masih memahami Islam sebatas ritus belaka.
Padahal sejak 14 abad yang lalu, menurut beliau Islam sudah hadir sebagai guidance book versi komplit untuk seluruh umat manusia. Melalui Rasulnya Muhammad SAW, sosok manusia paling sempurna yang pernah diciptakan-Nya, sosok yang sarat suri tauladan bagi seluruh umat, Islam diturunkan sebagai way of life yang komprehensif.