kaekaha
kaekaha Wiraswasta

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Balai Hakey, Jejak Tua Tradisi Toleransi Suku Dayak Ma'anyan-Suku Banjar yang Tetap Aktual

17 April 2022   23:23 Diperbarui: 17 April 2022   23:26 2487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balai Hakey, Jejak Tua Tradisi Toleransi Suku Dayak Ma'anyan-Suku Banjar yang Tetap Aktual
Ilustrasi Balai Adat Dayak | @kaekaha 

Toleransi Berusia Ratusan Tahun

Balai Hakey adalah sebuah bangunan rumah besar yang dipersiapkan oleh masyarakat Suku Dayak Ma'anyan untuk masyarakat muslim, baik dari kalangan suku Maanyan sendiri maupun Suku Banjar yang biasa disebut sebagai Urang Hakey dan sedang menghadiri acara-acara adat besar seperti upacara ijambe, tewah dan aruh ganal atau kenduri besar lainnya di lingkungan Suku Dayak Ma'anyan yang ada dan berlaku sejak ratusan tahun silam. 

Baca Juga :  "Basambang Mambangkit Tampirai" Ngabuburit Asyik ala Urang Banjar

Selama berada di balai hakey ini, masyarakat muslim diberikan fasilitas yang layak untuk tetap bisa menjalankan semua aktifitas kehidupannya sebagai muslim, termasuk memasak masakan sendiri dengan sumber pangan yang halal, baik dari segi cara mendapatkannya, bahan dan cara pengolahannya.  Luar biasa bukan?

Ilustrasi Balai Adat Dayak | @kaekaha 
Ilustrasi Balai Adat Dayak | @kaekaha 

Sejarah Balai Hakey

Sebelum berdiri Kerajaan Negara Dipa dan Kerajaan Negara Daha, cikal-bakal Kesultanan Banjarmasin, Suku Ma'anyan sudah mempunyai tata pemerintahan sendiri yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Nan sarunai. Sayang, kerajaan ini akhirnya bubar setelah mendapatkan serangan dari armada Majapahit, hingga orang Ma'anyan akhirnya terdiaspora.

Dikisahkan, pasca terdiaspora ini, munculah seorang tokoh bernama Labai Lamiah yang menurut tradisi lisan masyarakat Suku Ma'anyan sendiri, beliau adalah orang Dayak Ma'anyan pertama yang menjadi muallaf dan kelak menjadi mubaligh atau pendakwah di wilayah Nagara yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Baca Juga :  "Guru dan Tuan Guru", Gelar Kehormatan untuk Alim Ulama Panutan ala Urang Banjar 

Dari dakwah Labai Lamiah inilah masyarakat Suku Ma'anyan, khususnya yang tinggal di seputaran Banua Lawas atau sekarang dikenal sebagai kawasan Pasar Arba, tidak jauh dari Kecamatan Kalua, Kabupaten Tabalong akhirnya memeluk agama Islam. 

Karena komunitas Suku Ma'anyan muslim ini memerlukan tempat ibadah, maka akhirnya Balai Adat orang Ma'anyan di kawasan ini dialih fungsikan menjadi masjid yang sampai sekarang masih ada dan jejak peninggalan tradisi suku Maanyan pra Islam berupa beberapa guci tua juga masih ada.

Masjid Pusaka Banua Lawas Dibangun sejak 1625 | Banjarmasin Post
Masjid Pusaka Banua Lawas Dibangun sejak 1625 | Banjarmasin Post

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun