(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Balai Hakey, Jejak Tua Tradisi Toleransi Suku Dayak Ma'anyan-Suku Banjar yang Tetap Aktual
Toleransi Berusia Ratusan Tahun
Balai Hakey adalah sebuah bangunan rumah besar yang dipersiapkan oleh masyarakat Suku Dayak Ma'anyan untuk masyarakat muslim, baik dari kalangan suku Maanyan sendiri maupun Suku Banjar yang biasa disebut sebagai Urang Hakey dan sedang menghadiri acara-acara adat besar seperti upacara ijambe, tewah dan aruh ganal atau kenduri besar lainnya di lingkungan Suku Dayak Ma'anyan yang ada dan berlaku sejak ratusan tahun silam.
Baca Juga : "Basambang Mambangkit Tampirai" Ngabuburit Asyik ala Urang Banjar
Selama berada di balai hakey ini, masyarakat muslim diberikan fasilitas yang layak untuk tetap bisa menjalankan semua aktifitas kehidupannya sebagai muslim, termasuk memasak masakan sendiri dengan sumber pangan yang halal, baik dari segi cara mendapatkannya, bahan dan cara pengolahannya. Luar biasa bukan?
Sejarah Balai Hakey
Sebelum berdiri Kerajaan Negara Dipa dan Kerajaan Negara Daha, cikal-bakal Kesultanan Banjarmasin, Suku Ma'anyan sudah mempunyai tata pemerintahan sendiri yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Nan sarunai. Sayang, kerajaan ini akhirnya bubar setelah mendapatkan serangan dari armada Majapahit, hingga orang Ma'anyan akhirnya terdiaspora.
Dikisahkan, pasca terdiaspora ini, munculah seorang tokoh bernama Labai Lamiah yang menurut tradisi lisan masyarakat Suku Ma'anyan sendiri, beliau adalah orang Dayak Ma'anyan pertama yang menjadi muallaf dan kelak menjadi mubaligh atau pendakwah di wilayah Nagara yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Baca Juga : "Guru dan Tuan Guru", Gelar Kehormatan untuk Alim Ulama Panutan ala Urang Banjar
Dari dakwah Labai Lamiah inilah masyarakat Suku Ma'anyan, khususnya yang tinggal di seputaran Banua Lawas atau sekarang dikenal sebagai kawasan Pasar Arba, tidak jauh dari Kecamatan Kalua, Kabupaten Tabalong akhirnya memeluk agama Islam.
Karena komunitas Suku Ma'anyan muslim ini memerlukan tempat ibadah, maka akhirnya Balai Adat orang Ma'anyan di kawasan ini dialih fungsikan menjadi masjid yang sampai sekarang masih ada dan jejak peninggalan tradisi suku Maanyan pra Islam berupa beberapa guci tua juga masih ada.