kaekaha
kaekaha Wiraswasta

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Balai Hakey, Saksi Bisu Tradisi Toleransi Berusia Ratusan Tahun

31 Maret 2024   22:28 Diperbarui: 31 Maret 2024   22:31 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balai Hakey, Saksi Bisu Tradisi Toleransi Berusia Ratusan Tahun
Ilustrasi Rumah Adat Dayak | @kaekaha

Beruntungnya, dilingkungan adat masyarakat Ma'anyan sendiri sudah ada yang muslim juga, hingga dari situasi ini kelak justeru lahir tradisi penuh toleransi yang kelak juga kita kenal sebagai balai hakey.

Tetua adat Suku Ma'anyan yang mendengar penjelasan langsung dari para utusan dari Kesultanan Banjar dan juga masukan dari muslim Ma'anyan sendiri langsung berkata "O ... hakahiye sa!" yang maknanya "O ... begitukah!".

Dari sinilah, istilah hakey akhirnya tersematkan kepada semua muslim, baik utusan dari kesultanan Banjar, maupun juga orang Dayak Ma'anyan yang telah bersyahadat alias sudah beragama Islam.

Tidak hanya itu, sejak saat itu juga, tetua adat suku ma'anyan memerintahkan dibangunnya balai hakey di setiap penyelenggaraan acara-acara adat besar yang mengundang hakey.

Balai Hakey adalah bangunan rumah besar yang dibangun khusus untuk masyarakat muslim, baik dari kalangan suku Maanyan sendiri maupun Suku Banjar yang yang hadir dalam acara-acara adat besar seperti upacara ijambe, tewah dan aruh ganal atau kenduri besar lainnya.

Di balai hakey, masyarakat muslim diberikan fasilitas lengkap dan layak, termasuk tempat ibadah, alat memasak khusus dan tentunya bahan makanan halal yang bisa dimasak sendiri kapan saja, sehingga kehalalannya pasti bisa dipertanggungjawabkan. Luar biasa bukan?

Memang harus diakui, lahirnya orang hakey menjadikan suku Ma'anyan tidak lagi satu, mereka terbelah menjadi dua bagian besar. Uniknya, sebagian besar yang memilih menjadi muslim, mereka semuanya melebur dalam status baru, sebagai Urang Banjar.

Sedangkan sebagian besar lainnya lagi lebih memilih untuk tetap melanjutkan tradisi keyakinan serta adat istiadat nenek moyangnya.

Nah, masyarakat Ma'anyan yang memilih tetap dalam keyakinan leluhur ini, akhirnya juga memilih untuk sedikit menjauh ke daerah baru di tepian Sungai Siong, bagian Barat Daya kawasan Tamiang Layang yang sekarang masuk wilayah Kalimantan Tengah.

Luar biasanya! Meski orang Ma'anyan ini memilih untuk menjauh dari saudara-saudara hakey-nya, mereka, tetap intens untuk menjaga tali silaturahmi dan tali kekerabatan dengan saudara-saudaranya yang sekarang telah bertransformasi menjadi entitas baru dan lebih dikenal sebagai Urang Banjar tersebut.

Persaudaraan Orang Ma'anyan dengan kerabat hakey tetap terjalin baik. Bahkan, banyak tercatat dalam sejarah Banjar maupun tradisi lisan Orang Ma'anyan, beberapa Sultan yang memerintah Kesultanan Banjar dan juga keturunannya kelak banyak yang kawin-mawin dengan para pembesar keturunan Orang Ma'anyan, menjadikan tali temali persaudaraan diantara mereka justeru terjalin semakin kuat.

...dan Balai Hakey sejak berabad-abad silam, sejak beratus-ratus tahun lalu, telah menjadi saksi bisu kuatnya ikatan persaudaraan mereka yang didasarkan pada konsep toleransi yang sangat kuat hingga detik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun