(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id
Segera Mulai, Sebesar Apapun Langkah untuk Meraih Dunia dan Akhirat

...Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri... (QS. Ar-Ra'd 11)
Dunia saya tida-tiba serasa gelap, masa depan hancur yang sehancur-hancurnya, karena kelainan buta warna yang diam-diam saya warisi dari jalur ibu saya yang seorang ternyata seorang carrier alias pembawa sifat buta warna tapi beliau sendiri tidak buta warna, benar-benar menggagalkan cita-cita besar saya, bahkan disaat satu tangan saya sudah merengkuhnya!
Sejak saat itu juga, menyantap materi tema-tema pengembangan diri baik soft skill maupun hard skill, pengetahuan, etika, pola pikir, motivasi dan lain-lainnya yang juga populer sebagai self growth atau juga self improvement itu, sudah selayaknya Nasi Pecel, Madiun ataupun Es Dawet Jabung, Ponorogo yang menjadi makanan dan minuman saya sehari-hari!
Baca Juga Yuk! Berusaha Melazimkan Setiap Detik Waktu Kita Bernilai Ibadah
Kalau anda penasaran dengan kisah tragedi buta warna yang saya alami, cerita pendek versi online-nya yang berjudul Oedipus Complex, Ketika Cinta Tidak Lagi Buta (Warna) bisa dibaca di kanal KKN Kompasiana ya!
Nah untuk versi cetaknya yang dibukukan dengan judul sama tapi dengan isi yang sedikit aja beda karena editan oleh editor dan diterbitkan dengan judul bukunya Kuliah Kerja Ngonten : Dari Serem ke Sayang, Dari Ketawa ke Bimbang oleh Kompasiana dan Penerbit Elex Media Komputindo bisa dibeli di Gramedia ya! Promosi dikit boleh dong...he...he...he...
Semua saya lakukan karena "kewarasan saya" yang tidak mau gagal menjadi manusia, saya tidak mau bunuh diri dengan bersedih dan membiarkan diri berlarut-larut dalam keterpurukan akibat kelainan buta warna yang saya ratapi siang dan malam. Tidak mudah sih, perlu waktu dan perjuangan yang "berdarah-darah" untuk bisa survive!
Terbukti, berlarut-larut dalam kesedihan dan keterpurukan, faktanya tidak merubah apapun! Kelainan buta warna di mata saya tidak juga tiba-tiba berganti dengan mata normal seperti yang anda-anda punya!
Sampai di situ, saya memang harus realistis! Saya harus tahu diri dan nggak perlu ngeyel memaksakan diri, tetap berharap bisa jadi dokter, tentara atau profesi lain yang memang "mengharamkan" buta warna, karena sampai kiamat pasti nggak bakalan lolos. Rugi waktu, rugi tenaga dan juga rugi biaya jadinya.
Baca Juga Yuk! Lho Mbah, Arah Kiblat Sholatnya Kok ke Arah Barat?
Beruntung memang, saya tumbuh dalam lingkungan keluarga dengan basic kultur, keyakinan dan juga pendidikan yang cukup kondusif, sehingga lingkungan juga berperan besar membantu saya untuk tetap kuat secara mental dan spiritual, hingga akhir pergulatannya saya tetap bisa berpikir logis dan realistis menyikapi anugerah buta warna yang sebelumnya sama sekali tidak saya ketahui track record-nya. Bahkan, akhirnya saya meyakini, pasti ada rencana dahsyatNya dibalik ini semua!
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025