kaekaha
kaekaha Wiraswasta

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Keluarga Gado-gado dan "Kompromi Uniknya" dalam Menu Sahur dan Berbuka

12 Maret 2025   22:37 Diperbarui: 12 Maret 2025   22:37 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Gado-gado dan "Kompromi Uniknya" dalam Menu Sahur dan Berbuka
Soto Madiun Kesukaan dan Kebanggan | @kaekaha Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Saya yang terbiasa dengan nasi dari beras jawa yang pulen dan cenderung lembek, benar-benar kelabakan ketika harus bersantap nasi dari beras Banjar yang pera dan testurnya agak keras, apalagi baras usang yang harganya justeru paling mahal se-Indonesia itu. Begitu juga sebaliknya, isteri saya mengaku seperti makan lakatan (ketan;bahasa Banjar) ketika harus makan nasi pulen dari beras Jawa. 

Ada yang tahu, kira-kira bentuk komprominya seperti apa? Akhirnya isteri saya selalu mencampur dua jenis beras itu sebelum memasaknya dan hasilnya, ternyata  lahirlah jenis nasi baru yang kita sebut sebagai nasi Baja, singkatan dari Banjar-Jawa dan Alhamdulillah, sampai sekarang kami merasa cocok dan nyaman dengan nasi baja ini. Begitu juga dengan anak-anak yang akhirnya menjadi penikmat semua kuliner perpaduan olahan mamanya.

Cancangan Itik Khas Banjar | @kaekaha
Cancangan Itik Khas Banjar | @kaekaha

Cerita deal-dealan dan kompromi-kompromian ini semakin seru kalau memasuki bulan Ramadan, tentu saja termasuk untuk urusan memilih menu sehat dan menarik untuk sahur dan buka puasa. 

Biasanya, kami memulai kompromi dengan kuliner-kuliner tradisonal "kembar tapi tidak identik" kesukaan kai semisal Soto, Rawon, olahan Itik atau bebek, sampai gangan asam Banjar dan jenis kuliner BAJA alias Banjar-Jawa lainnya yang terus kami eksplor referensinya, terutama yang mempunyai kembaran, plus syukur-syukur kesemuanya sama-sama kita suka.

Baca Juga Yuk! "Basambang" di Rawa-rawa, Bersama Julak Mamutiki Iwak

Saya bilang kembar tapi tidak identik karena kuliner yang sebutkan diatas ada versi Jawanya dan ada juga versi Banjarnya. Uniknya, meskipun namanya sama tapi wujud dan citarasanya jauh berbeda, salah satunya ya Soto. Kalau di Banjarmasin ada Soto Banjar, di kampung saya ada Soto kampung atau ada juga yang menyebut Soto Madiun dan juga Soto Lamongan.

Terus gimana cara komprominya, apa seperti nasibnya beras yang dicampur hingga lahirlah nasi baja? Tentu saja tidak, kalau Soto Banjar dengan Soto Madiun atau Soto Lamongan dicampur, jujur saja, kami memang belum pernah melakukan trial untuk itu, tapi membayangkan saja saya sudah nggak tega! He...he...he....

Bebek Goreng Suroboyoan | @kaekaha
Bebek Goreng Suroboyoan | @kaekaha

Kami memilih jalan kompromi yang lebih manusiawi alias tetap ramah di kantong kami untuk urusan ini. Biasanya ada 2 opsi yang wajib dipilih salah satunya melalui voting dengan suara terbanyak. Iya dong, kami tetap harus demokratis dengan melibatkan 4 jagoan kami yang lagi demen-demennya makan untuk menentukan pilihannya...he...he...he...

Opsi pertama, kalau untuk sahur kita menikmati Soto Madiun, maka untuk buka puasanya gantian menikmati Soto atau sop Banjar. Sedangkan untuk opsi keduanya, gantian menunya harian. Misalkan, hari ini kita bersantap sahur dan berbuka dengan bebek goreng Suroboyoan, maka besok baru ganti menu dengan Itik panggang khas Banjar atau cancangan itik yang citarasa rempahnya sangat menggoda. Seru kan!? 

Awal semua rasa, Mulai dari suapan pertama, kunyahan pertama, gigitan pertama, sampai jadi makanan yang disuka ... Awal semua rasa kita hari ini, datangnya dari lidah mama Karena dari dulu, selera kita itu dari apa yang mama suka Pernah mendengar orang-orang disekitar kita atau mingkin malah saya atau anda sendiri pernah menyebut, "masakan mama atau ibu kita masakan ternikmat di dunia", hingga sanggup menciptakan sebentuk kerinduan yang tidak bisa diganti dengan apapun yang membuat seorang anak rela menmpuh ribuan kilo jarak hanya untuk mengecap kembali olahan masakan dari tangan mamanya? Ternyata, kalimat-kalimat yang tersusun dalam dua bait di ataslah jawaban misterinya! Simak info menarik selengkapnya hanya di @kompasiana.com Bersama @kaekaha #RamadanBercerita2025 #RamadanBercerita2025Hari10 #DiariRamadanKompasiana #EveryStoryMatters #RamadanBercerita #DiariRamadan #Ramadan #MysteryChallenge #kulinerBanjarJawa #KulinerBaja #kaekaha ♬ suara asli - kaekahaWatch on TikTok

Menariknya, gara-gara deal-dealan dan kompromi-kompromian  ini, isteri saya terpacu untuk giat belajar beragam kuliner Jawa Timuran, hingga sekarang menurut validasi dari ibu saya yang juga mentornya, sudah berada di level mahir. Bahkan menurut ibu saya juga, khusus untuk masakan botok sayur dan geneman sembukan alias olahan daun kentut-kentutan olahan isteri saya sudah lebih enak dan berkarakter dari olahan ibu saya yang notebene adalah gurunya. Alhadulillah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun