Kalila Shessa Krisadiva Basara
Kalila Shessa Krisadiva Basara Mahasiswa

Keen to explore and learn new perspective.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tak Lekang Oleh Waktu, Tradisi Sungkeman Jawa Kromo Saat Lebaran Masih Eksis di Masa Kini

16 April 2024   00:40 Diperbarui: 16 April 2024   00:44 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak Lekang Oleh Waktu, Tradisi Sungkeman Jawa Kromo Saat Lebaran Masih Eksis di Masa Kini
Sumber: Shutterstock / Odua Images

Hari raya Idulfitri merupakan hari besar dalam agama Islam yang dinanti-nanti oleh umatnya. Hari raya Idulfitri merupakan momen penting dimana saudara dan keluarga besar bisa berkumpul bersama untuk menjalin tali silaturahmi dengan saling bermaaf-maafan dan mengenal lebih dekat antara satu sama lain, apalagi kalau ada keluarga yang merantau, hari raya Idulfitri menjadi hari yang ditunggu-tunggu untuk bertemu kembali dengan keluarga melepas rindu dengan sanak saudara. 

Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan tradisi spesial dalam merayakan hari raya Idulfitri, salah satunya budaya bersalaman dan saling maaf-maafan di tanah Jawa yaitu tradisi sungkeman.

Prosesi Tradisi Sungkeman Saat Lebaran

Tradisi sungkeman merupakan prosesi bersalaman dan saling meminta maaf kepada anggota keluarga. Sungkeman berasal dari bahasa Jawa yang berarti tanda bakti. 

Sungkeman ini menjadi bentuk bakti anak kepada orang tua sekaligus memberikan penghormatan kepada orang tua. Biasanya sungkeman dilakukan dengan cara berlutut bersimpuh diri di hadapan orang tua dan mengucapkan permintaan maaf atas kekhilafan dan kesalahan di masa lalu. Sungkeman dilakukan saat pagi hari setelah melakukan salat id. 

Seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang tengah keluarga dan melakukan sungkeman kepada orang tua lalu bergantian dengan anggota keluarga selanjutnya. 

Momen hikmat dan perasaan tulus memohon maaf saat sungkeman ini menjadi momen yang mengharukan karena biasanya ada anggota keluarga yang terharu hingga mengeluarkan isak tangis saat sungkeman. 

Sungkeman ini sekaligus menjadi momen kembalinya diri kita pada diri yang suci dengan saling ikhlas memaafkan kesalahan antara satu sama lain. 

Meskipun tradisi ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu, tradisi sungkeman ini menjadi tradisi yang spesial dalam perayaan Idulfitri, terutama bagi keluarga Jawa hingga saat ini. 

Tentunya terdapat perbedaan dalam melakukan sungkeman dulu dan saat ini. Ada beberapa keluarga yang mempertahankan cara sungkeman seperti zaman dulu dan ada beberapa keluarga yang mulai meninggalkan cara sungkeman zaman dulu dan menyesuaikan dengan kebiasaan bersalaman dalam keluarga masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun