Merenungi Arti Kemenangan di Hari Raya Idul Fitri
Pada hari raya idul fitri, kita seringkali mendapatkan pesan-pesan permohonan maaf yang biasanya teriring dengan doa, minal 'aidin wal faizin. Lantas, apa makna sebenarnya dari doa ini. Doa ini mengandung maksud agar kelak kita dijadikan oleh Allah sebagai golongan hamba yang kembali suci selayaknya bayi yang baru saja dilahirkan dari rahim ibu kita, setelah dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT.Â
Selain itu, dalam doa tersebut juga terdapat harapan agar kita diberikan rahmat oleh Allah, sehingga termasuk dalam golongan orang-orang mendapatkan kemenangan maupun keberuntungan dari Allah SWT.
Dosa-dosa kita berkesempatan mendapatkan maghfirah atau ampunan dari Allah sebab sebelumnya kita juga berikhtiar untuk memohon ampunan kepada Allah dengan setulus-tulusnya dengan memanfaatkan hadirnya bulan Ramadhan kemarin dengan sebaik-baiknya, sebagaimana penjelasan Baginda Nabi Muhammad SAW dalam HR Bukhari Muslim berikut:
"Barang siapa yang beribadah (menghidupkan) Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan semata-mata mengharap ridha dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
Selain memohon ampunan kepada Allah, pada kesempatan hari raya Idul Fitri ini kita juga tidak merasa segan untuk saling bermaafan dengan sesama kita setelah sebelumnya baik secara sengaja maupun tidak sengaja kita telah berbuat kesalahan.
Alhamdulillah, kita sangat bersyukur kepada Allah, sebab di dalam khazanah budaya kita, kita difasilitasi dengan tradisi halal bihalal. Tradisi saling berkunjung satu dengan yang lain untuk mengakui kesalahan sekaligus saling bermaafan.Â
Meski sebenarnya tradisi saling bermaafan ini tidaklah harus selalu menunggu hadirnya momentum halal bihalal tiba, akan tetapi setidaknya melalui tradisi ini setidaknya kita sudah mendapatkan pondasi yang sangat baik yakni melalui pembiasaan dalam menyambung tali silaturrahim yang selanjutnya dapat kita jaga dan kita pertahankan pada waktu-waktu lainnya.
Berikutnya, berkait dengan doa yang menghendaki kita agar termasuk dalam kategori orang-orang yang memperoleh kemenangan atau keberuntungan. Orang yang memperoleh kemenangan di sini bukanlah orang yang mampu menundukkan pihak lain, melainkan dalam arti yang lebih dari itu. Pemenang yang sejati adalah mereka yang sanggup menundukkan dirinya sendiri. Mereka yang sanggup menundukkan hawa nafsunya sendiri sehingga dia tidak diperbudak olehnya.
Kemenangan dalam menundukkan hawa nafsu ini tidaklah bersifat mutlak atau permanen. Sebab bisa saja seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya pada saat ini, namun di masa mendatang ia justru diperbudak olehnya lantaran ia lalai dan tidak waspada dengan keberadaannya.
Dengan demikian, ikhtiar untuk menundukkan hawa nafsu sendiri ini harus diupayakan setiap waktu agar kita termasuk dalam kategori orang-orang yang memperoleh keberuntungan. Orang-orang yang memperoleh keberuntungan adalah siapa saja yang memiliki keimanan di dalam hati mereka dan mereka senantiasa berusaha untuk melaksanakan apa saja diperintahkan oleh Allah dengan sebaik-baiknya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan di dalam QS Al-Mukminum 1-11 berikut: