Bukber yang Dirindukan
Meski, disarankan untuk melakukan buka bersama keluarga inti saja, tetapi tidak dapat dihindari juga ada keinginan untuk merasakan nikmatnya berbuka bersama kolega, atau keluarga besar.
Memasak dan menyiapkan sendiri masakan dalam jumlah besar apalagi membereskan pascanya itu PR tersendiri ya ibu-ibu, apalagi di malam hari dimana kita telah beraktifitas seharian. Tak ada salahnya sesekali untuk merasakan buka bareng di luar rumah bukan?.
Memilih tempat berbuka yang aman memang bukan perkara mudah di masa pandemi ini. Wajib memperhatikan keamanan dan prosedur kesehatan di tempat tersebut. Menurut hemat saya, sejauh ini hotel-hotel berbintang dengan perangkat keamanannya dan SOP protokol kesehatannya rekatif dapat menjadi pilihan jika memang berkeinginan untuk buka bareng di luar rumah.
Kita juga dapat memilih restoran atau tempat makan yang mematuhi protokol kesehatan, salah satu indikatornya melakukan tes covid 19 kepada karyawannya secara berkala.
Bukber virtual
Tahun ini, teman-teman saya yang perantau banyak memilih tidak mudik. Mengikuti himbauan pemerintah dan paling penting meminimalisir penularan covid 19. Bandara, terminal dan pelabuhan sangat berisiko terjadinya kerumunan.
Sejak tahun lalu, saya dan teman-teman sekolah saya yang berada di luar kota melakukan bukber virtual.
Awalnya terasa konyol. Di rumah masing-masing dengan menu favorit dan yang kocak tentu saja waktu berbuka yang sangat berbeda-beda. Buka bareng jadi dilakukan pada pukul 08.3o WIB, dimana teman saya yang berada di Wamena sudah ngomel-ngomel karena waktu sudah terlalu larut, hanya untuk dia pamer pempek dos yang ia buat sendiri.
Mengirimkan pempek dari Palembang ke Wamena itu hal paling mustahil kami lakukan.
Meski kami tidak mampu menghidu aroma makanan yang dimakan teman-teman atau garpu tidak dapat nyelonong ke piring teman lain seperti sebelum pandemi ini terjadi, setidaknya rasa rindu kami sedikit terobati. tertawa bersama sebagai wujud syukur bahwa kami masih ada di bumi. beberapa teman akrab kami telah pergi dari dunia ini.
Usia, Tuhan yang punya. bahkan kami yang masih dibawah 40 tahun sudah banyak yang dipanggil yang kuasa. Tetapi kami tak ingin konyol jika harus menyerahkan nyawa kami karena covid 19.