Kemas Andika Pratama
Kemas Andika Pratama Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Merayakan Hari Kemenangan: Tradisi Serta Keberkahan Lebaran di Yogyakarta

17 April 2024   13:19 Diperbarui: 17 April 2024   13:23 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merayakan Hari Kemenangan: Tradisi Serta Keberkahan Lebaran di Yogyakarta
Keramaian Libur Lebaran di Yogyakarta (Dokumentasi Pribadi)

Lebaran, atau yang dikenal juga dengan istilah Idul Fitri, adalah momen penting dalam agama Islam yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Perayaan ini menandai akhir bulan Ramadan, bulan suci di mana umat Islam berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Lebaran bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga merupakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga, merayakan kemenangan setelah menjalani ibadah selama sebulan penuh, serta memperkuat tali persaudaraan dan kebersamaan.

Masyarakat Muslim di Indonesia kembali bersuka cita menyambut hari kemenangan, Idul Fitri, atau yang lebih dikenal dengan istilah lokalnya, Lebaran. Tahun ini, penentuan hari kemenangan tersebut disahkan melalui proses sidang isbat yang digelar di Kantor Kementerian Agama, yang berlokasi di Jalan MH Thamrin No. 6, Jakarta.

Sidang isbat, yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, merupakan momentum penting dalam menetapkan awal bulan Syawal, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan. Setelah sidang isbat di laksanakan, Menag Yaqut Cholil Qoumas mengumumkan hasil kesepakatan dari para ulama yang hadir dalam sidang tersebut.

"Sidang isbat secara bulat menetapkan 1 Syawal 1445 H jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024," ungkap Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam konferensi pers yang digelar usai Sidang Isbat 1 Syawal 1445 H, pada Selasa (9/4/2024).

Tradisi Mudik LebaranĀ 

Menurut (Japarudin, 2023) dalam Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan berjudul Fenomena dan Nilai-nilai Tradisi Mudik Lebaran, mudik berasal dari kata 'udik' yang memiliki arti 'pulang kampung'. Kemudian ditambah awalan 'm' sehingga menjadi 'mudik' yang berarti 'pulang kampung'.

Mudik, sebuah tradisi yang telah mengakar dalam budaya Indonesia sejak zaman Kerajaan Majapahit, memperlihatkan hubungan erat antara individu dengan kampung halaman mereka. Awalnya, mudik dilakukan oleh para petani yang merantau untuk mencari rezeki di perantauan. Mereka kembali ke kampung halaman pada waktu tertentu, bukan hanya untuk berkumpul dengan keluarga tetapi juga untuk membersihkan makam leluhur dan memohon keselamatan.

Pada tahun 1970-an, istilah mudik mulai dikaitkan dengan perayaan Idul Fitri. Perantau yang berada di kota-kota besar, seperti Jakarta, memanfaatkan cuti panjang untuk pulang ke kampung halaman. Sejak itu, mudik menjadi semakin terkait dengan perayaan Idul Fitri dan menjadi sebuah tradisi yang sangat dijunjung tinggi di Indonesia. Pelaksanaan mudik setiap tahunnya ditandai dengan lonjakan arus lalu lintas yang padat, baik di jalur darat, udara, maupun laut. Meskipun kadang kala menimbulkan tantangan logistik dan keamanan, tetapi semangat untuk kembali ke kampung halaman dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga menjadi prioritas bagi banyak orang.

Menurut laman Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, pelaksanaan mudik merupakan bentuk penghormatan terhadap orang tua dan keluarga besar di kampung halaman. Hal ini juga menjadi ungkapan syukur atas kesehatan dan keselamatan yang diberikan kepada pemudik selama mereka merantau.

Selama mudik lebaran terjadi di indonesia terdapat berbagai tantangan, seperti kepadatan lalu lintas, keselamatan perjalanan, dan dampak lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah dan berbagai pihak terkait seperti Menteri Perhubungan telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan infrastruktur transportasi dan memberikan edukasi tentang keselamatan berkendara selama masa mudik.

Pada tahun ini Kementerian Perhubungan menyatakan terjadinya peningkatan jumlah pemudik di banding tahun sebelumnya, berdasarkan hasil survei jumlah pemudik di tahun ini mencapai 193,6 juta orang meningkat 13,7% dibanding tahun 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun