Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Guru

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

"Kaya" dengan Bersilaturahim

1 Mei 2020   19:49 Diperbarui: 1 Mei 2020   20:03 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kaya" dengan Bersilaturahim
Dikutip dari ekonomi.kompas.com bertajuk, "7 Hal yang Tidak Pernah Dikatakan oleh Orang Kaya."

Aku awali tulisan ini dengan sebuah hadist yang artinya, "Dari Anas bin Malik ra berkata: bahwa Rasulullah Saw bersabda, bagi siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan diperpanjang umurnya, maka hendaklah ia menjalin hubungan silaturrahim." (HR. Muttafaqun Alaih)

Ada dua jalinan hubungan kita sebagai manusia; pertama, hubungan kita kepada Allah Sang Pencipta. Kedua, hubungan kita sesama manusia. Jalinan hubungan sosial sebagai manusia harus tetap berjalan, tidak terhalang oleh situasi apa pun. Termasuk dalam situasi pandemi seperti ini.

Dalam hubungan kerja atau pun pertemanan. Ada kalanya membutuhkan komunikasi yang tetap tergaja, selain untuk mempererat hubungan sesama tim kerja, juga menjalin ukhwah Islamiyah (Islam) dan ukhwah wathaniyah (non-Muslim).

Banyak cara yang dapat dilakukan di zaman sekarang, semua perangkat sudah menjamin dan membantu. Bisa menggunakan; vcall, zoom, skype, google meet, atau lainnya. Tidak ada alasan untuk tidak saling berkomunikasi sesama, terkecuali ada hal lain yang mengganggu, seperti karena sakit hati.

Alkisah, dari aku duduk di bangku pesantren sampai sekarang. Saat itu, almarhum ayah masih ada. Sebagai anak laki-laki tentunya dididik dengan pendidikan yang berbeda dengan anak perempuan. Karena pada dasarnya, laki-laki akan menjadi seorang pemimpin.

Ingat sekali dahulu, ketika ayah selalu mengajakku keliling-keliling; ke client kerja, tetangga, saudara jauh, saudara dekat, bahkan pergi ke orang yang tidak begitu dikenal. Ketika itu aku sebatas berfikir, untuk apa jauh-jauh dari rumah hanya untuk mengobrol.

Bagiku anak berumur belasan tahun, tidak begitu mementingkan obrolan tersebut. Karena yang diobrolkan sangatlah beragama. Tidak dapat aku cerna dalam otak. Sesekali pernah kesal, karena menghabiskan waktu sampai 1 jam lebih. Itu dulu.

Berjalannya waktu, aku mulai beranjak di umur 20, lalu sekarang di umur 24 tahun. Setelah kepergian almarhum ayah, barulah aku mengingat-ingat kembali didikannya kala itu. Salah satunya, selalu diajak berkeliling.

Aku menyadari ternyata, yang dilakukan oleh ayah saat itu adalah relasi, membangun jejaringan. Bukan hanya sebatas jaringan sosial, bisa jadi akan menjadi jaringan kerja. Dalam dunia kerja, relasi atau pun jaringan, bisa juga diartikan sebagai orang dalam, itu sangat dibutuhkan untuk hidup bersosial dan berbisnis.

Sederhanya seperti ini, saat kamu berkunjung atau bersilaturrahim ke salah satu kawan, pada dasarnya kamu berteman dekat - bercengkrama satu sama lain. Ketika datang ke rumah, tidak ada niatan untuk meminta bantuan, karena sudah menjadi rutinitas sering berkunjung ke rumah.

Kondisi kamu ketika berkunjug, terkena PHK di salah satu perusahaan, ini terjadi lantaran faktor pandemi. Setelah asyik berbincang, tanpa disadari kawan kamu spontan bertanya, "Gimana pekerjaanmu, lancar kan?" Kemudian kamu menjawab apa adanya, "Aku di PHK."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun