Tausiah Ramadan | Tukang Parkir Vs Lamborghini
Dalam mengatasi situasi di tengah pandemi ini, seharusnya kita sebagai manusia harus tetap mensyukuri atas nikmat Allah yang telah diberikan. Seperti, nikmat Islam karena sampai detik ini kita masih bisa merasakan iman Islam.
Konsep bersyukur itu ada tiga; pertama, bersyukur dengan hati (al-Syukru bi al-Qolbi). Kedua, bersyukur dengan lisan (al-Syukru bi al-Lisan). Ketiga, kesyukuran dengan seluruh anggota badan (al-Syukru bi al-Jawarih). Pesan ini, selalu aku sampaikan di kelas kepada murid-murid ketika lima menit menjelang jam pelajaran berakhir.
Pernah ada yang bertanya. Bagaiaman cara sederhana untuk bersyukur? Cara paling jitu untuk mengembalikan rasa syukur dengan mencoba dua langkah ini. Pertama, pergilah ke sebuah rumah sakit. Kemudian bertanyalah kepada dokter atau suster terkait pasien-pasien yang sedang dirawat.
Tugasmu ketika di rumah sakit hanya menyimak penjelasan dokter/suster, jangan menyanggah. Boleh juga sesekali bertanya kepada pengunjung. Hanya bertanya, dan simak dengan baik. Ketika masih belum puas, berkelilinglah sekilas, melihat para pasien berbaring di atas tempat tidur.
Kedua, berkunjung ke tempat anak yatim. Bertanyalah kepada salah satu dari mereka. Bebas dengan pertanyaan apa saja. Tetapi, lebih tepat bertanya pada kisah keluarga si yatim. Jika mereka berkenan untuk bercerita, dengarkan. Aku yakin mau kok mereka bercerita. Simak baik-baik cerita itu, kemudian usap kepala anak yatim karena di sana ada penawar hati.
Ketika dua langkah ini dilakukan, segera pulang ke rumah. Jika kamu merasakan sesuatu dalam hatimu, berceritalah kepada keluarga di rumah. Bisa istri/suami, ibu/ayah, kakak/adik, dan sahabatmu bagi anak rantau. Kenapa harus bercerita? Karena hatimu, ada luapan rasa yang harus tertuang dengan segera.
Keesokan harinya, mulailah menyadari bahwa hidupmu itu sudah sangat baik dari mereka. Tetapi ingat! Jangan sesekali menyombongkan diri di hadapan para yatim. Karena balasannya adalah kehancuran di hadapan Allah dan manusia.
Tukang Parkir
Hidup ini selalu akan berujung pada kematian. Apapun agamanya, status sosialnya, dan jabatannya. Dia tetap juga akan mati. Bahkan mengimani Tuhan atau sama sekali tidak mengimani-Nya ikut akan mati.
Mari kita renungi firman Allah tentang kematian: