Khasbi Abdul Malik
Khasbi Abdul Malik Guru

Panikmat Karya dalam Ribuan Tumpukan Kertas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Saat Pertikaian Keluarga, Ulurkan Tangan Kembali

22 Mei 2020   21:41 Diperbarui: 22 Mei 2020   21:31 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Pertikaian Keluarga, Ulurkan Tangan Kembali
ranti.co.id

Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum saling sapa lewat hati. Saling melunakkan hati, saling mengulurkan tangan sesama dan meminta maaf. Sebaik-baik kamu adalah yang bisa meluluhlantangkan egomu saat Hari Raya. Tidak peduli seberapa besar kesalahan yang pernah diperbuat.

Dalam hubungan keluarga, ada kalanya berbeda pendapat dan beradu argument sering terjadi. Hal ini mengakibatkan sentimental yang berlebihan. Pada akhirnya, berujung pada sakit hati. Mungkin kah ini terjadi? Sangat memungkinkan.

Pernah suatu ketika, ada pembicaraan perihal keputusan kelanjutan adik sekolah. Perpindahan ini diakibatkan karena ketidakpuasan terhadap salah satu lembaga sebelumnya. Dan berujung pada kecewa ingin memindahkan sang adik.

Dari sudut pandang kakak-kakak perempuan, selalu berorientasikan kepada materi dan kerja saja. Tidak pernah didasari dengan kebutuhan primer yang diutamakan dalam menuntut ilmu.

Semisal, dalam sebuah perkuliah. Kakak perempuan selalu memandang orientasi kuliah adalah kerja, kerja, dan kerja. Seakan-akan kita hidup hanya sebatas harus menjadi buruh.

Tetapi, sudut pandangku berbeda, bahwa orientasi kuliah untuk belajar kebutuh primer terlebih dahulu seperti, mengambil mata kuliah ilmu al-Qur'an dan Hadist. Itu seharusnya diutamakan.

Ironisnya, ketika ditawarkan perkuliahan di bidang terebut. Ada anggapan, "Nanti selesai kuliah mau kerja apa?" Seakan-akan, kebutuhan belajar ilmu Agama menjadi dikesampingkan.

Justru, malah memilih perkuliahan lain yang dianggap dapat menunjang kehidupan secara materi. Padahal, jurusan di perkuliahan tidak menuntut dan menjanjikan dia dapat bekerja di bidangnya. Sudah terbukti banyak.

Hal seperti ini, seringkali menjadi pertikaian argumentasi antara kakak-kakak. Tetapi, ketika sudah tiba di Hari Raya. Kami satu keluarga tidak segan-segan untuk saling mengulurkan tangan, saling memaafkan.

Tidak ada prinsip mendasar di keluarga untuk saling dendam. Sekeras kepala seperti apa pun, tetap menjadi bagian dari keluarga. Berbeda pandangan dan pendapat itu biasa. Jangan sampai, kita jatuh pada titik putus hungan silaturahim sesama keluarga.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun