Kholid Harras
Kholid Harras Dosen

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Ramadan dan Panggung Selebrasi Kesalehan Diri

18 Maret 2024   07:23 Diperbarui: 18 Maret 2024   07:38 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan dan Panggung Selebrasi Kesalehan Diri
5 Hotel di Jakarta yang Menghadirkan Paket Berbuka Puasa Mewah - Travel Tempo.co 

Pesan Profetik Puasa

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Puasa bukanlah (sekedar) menahan makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan dari perkataan kotor dan perbuatan kotor." (HR. Ahmad).  Dalam konteks ini, mari kita renungkan kembali pesan profetik puasa. 

Ramadan seharusnya menjadi ajang untuk membersihkan hati dan batin, meningkatkan ibadah, serta meningkatkan empati terhadap mereka yang kurang beruntung. Bukanlah tentang seberapa mewahnya acara buka bersama, melainkan sejauh mana kita mampu menjaga akhlak, menahan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Janganlah menjadikan Ramadan sebagai panggung selebrasi kesalehan diri yang semu. Mari kembali ke akar-akar nilai ibadah, yaitu kesederhanaan, ketakwaan, dan kepedulian terhadap sesama. Buatlah Ramadan sebagai momentum untuk introspeksi diri, meningkatkan kualitas spiritualitas, dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekitar kita.

Hakekat puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai sarana untuk membebaskan diri dari belenggu nafsu syahwat yang dapat menggelincirkan kita menuju terbentuknya batin yang baik dan berkualitas. 

Puasa mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan menguatkan ketahanan spiritual.  Menunjukkan kesalehan diri dengan tujuan mendapat pujian atau perhatian bukanlah tindakan yang dianjurkan. 

Sebaliknya, kesalehan haruslah murni karena Allah SWT, bukan untuk dipertontonkan di hadapan orang lain. Mari kita jadikan Ramadan sebagai waktu introspeksi diri, meningkatkan kualitas spiritual, dan memperdalam kepedulian terhadap sesama.

Berkumpul untuk berbagi dengan keluarga dan sahabat-sahabat terdekat adalah hal yang baik, tetapi jangan sampai kemewahan dan eksposur di media sosial mengalahkan esensi sebenarnya dari ibadah Ramadan. Mari kembali kepada akar nilai-nilai Islam yang mengajarkan kesederhanaan, kedermawanan, dan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan.

Ramadan bukanlah panggung selebrasi kesalehan diri yang ditonton orang lain, tetapi momen yang sakral untuk merenungkan diri, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan membentuk pribadi yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Mari menjadikan Ramadan sebagai waktu yang bermakna, bukan sekadar acara kemewahan yang sementara.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun