Khusnul Kholifah
Khusnul Kholifah Lainnya

Pencinta literasi sains, parenting, dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Ramadan dan 5 Kebiasaan Mubazir yang Harus Ditinggalkan

20 Maret 2024   23:38 Diperbarui: 20 Maret 2024   23:40 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Ramadan dan 5 Kebiasaan Mubazir yang Harus Ditinggalkan
Banyak makanan yang tersisa setelah selesai makan merupakan salah satu contoh mubazir (Sumber : econusa.id)

Maka, sebaiknya mengambil makanan secukupnya dengan memperkirakan porsi makanan atau minuman yang diambil akan bisa dihabiskan. Barulah bisa menambah porsi apabila masih dirasa kurang.

Ingat bahwa banyak makan hingga kekenyangan dapat berpengaruh pada produktivitas di bulan Ramadan seperti perut menjadi begah sehingga muncul rasa kantuk, malas sholat tarawih, tadarus Al-Qur'an, dan sebagainya.

Upaya lain agar terhindar dari mubazir dalam mengonsumsi makanan dan minuman bisa disiasati melalui pembelanjaan yang terencana. Membiasakan untuk menulis daftar belanja yang akan dibeli serta senantiasa mengecek stok bahan makanan di rumah sebelum menyuplai kembali.

Belanja kebutuhan menu makan sahur dan berbuka bisa pula dilakukan mingguan dengan mengelompokkan waktu pembelian bumbu dapur, sumber protein hewani, sayuran, serta buah-buahan yang akan dibeli.

Menyetok makanan secukupnya tidak berlebihan dan sebaiknya mempersiapkan makanan sesuai kebutuhan. Dalam memasak pun jumlahnya harus memperhatikan jumlah takaran.

Hal demikian untuk menghindari makanan yang mubazir akibat sisa dari makanan. Memang sebelum berbuka puasa rasanya ingin makan yang banyak. Padahal kemampuan setelah makan berbuka biasanya tidak banyak.

4. Mubazir dalam berbicara atau berkata-kata.

Mubazir bukan hanya terkait dengan penggunaan uang, barang, dan makanan tetapi juga perihal seseorang dalam berbicara dengan orang lain.

Berbicara boros alias tidak ada manfaatnya seperti berbicara dengan orang lain secara berlebihan akan minim faedah. Hal demikian sepatutnya dihindari karena termasuk mubazir dalam berkata-kata.

Oleh sebab itu, hindari pemicu dan pencetusnya seperti dengan menghindari momen berkumpul untuk membicarakan aib orang. Karena di balik pembicaraan yang mengasyikkan berpotensi membahas banyak hal hingga esensi pembicaraan yang berfaedah terlupakan. Hal demikian juga akan mengurangi pahala berpuasa seseorang. Kan sungguh disayangkan!

Maka, warnai dan isi bulan Ramadan dengan kegiatan bermakna dan bermanfaat. Berkumpul dengan banyak orang untuk kegiatan positif yang membawa manfaat seperti mengikuti kajian di bulan Ramadan serta menghadiri majelis lainnya yang sarat dengan ilmu. Di situlah tempat yang tepat untuk kita meluapkan kata-kata yang bermakna melalui berbagai pertanyaan dan diskusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun