KOMENTAR
RAMADAN

Diet Plastik, Seruan Santo Fransiskus, dan Drama Ibu-Ibu yang Ingin Menyelamatkan Bumi

14 Maret 2025   04:13 Diperbarui: 14 Maret 2025   04:21 244 3

Sebagai ibu tiga anak, hidup saya sudah cukup kompleks tanpa perlu ditambah PR menyelamatkan bumi. Tapi, begitulah kenyataannya. Selain menyuapi anak yang picky eater, mengganti popok bayi kembar yang seakan punya produksi pup tak terbatas, dan memastikan suami tetap hidup meski tidak tahu letak bumbu dapur, ada satu tugas besar yang saya emban: mengajarkan anak-anak saya untuk mencintai bumi.

Karena, kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Masa iya kita nunggu bumi makin panas sampai dinosaurus pun mikir, "Waduh, kalau gini caranya kita mending punah lagi aja"?  

Dari Paus Fransikus ke Rak Piring Dapur

LAUDATO SI'
Seruan Paus Fransiskus untuk Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama
Laudato Si' berbicara tentang "Perawatan Rumah Kita Bersama". Ensiklik Laudato Si' merupakan buah pikir Paus Fransiskus yang terinspirasi dari  Santo Fransiskus Assisi dengan makna "Terpujilah Engkau, Tuhanku". Seruan Santo Fransiskus Assisi ini, mengingatkan kita bahwa alam semesta, Rumah Kita Bersama ini, bagaikan Ibu Pertiwi, yang menopang dan mengasuh kita, serta menumbuhkan berbagai buah-buahan, bunga warna-warni dan rerumputan. Melalui alam, Allah telah berbicara dan memberi kita selayang  pandang tentang keindahan dan kebaikan tanpa batas dari-Nya.

Namun, Ibu pertiwi kini sedang berduka, menjerit karena ulah manusia tak bertanggung jawab. Manusia menyalahgunakan kekayaan alam yang Tuhan Allah percayakan kepadanya. Karena itu Paus Fransiskus menyerukan ajakan untuk melindungi rumah kita bersama dengan menyatukan semua keluarga manusia dalam upaya pembangunan yang berkelanjutan dan integral. Paus Fransiskus optimis bahwa manusia masih memiliki potensi dan daya untuk bekerja sama dalam membangun rumah kita bersama.

Paus Fransiskus mengingatkan kaum muda untuk berani melakukan perubahan gaya hidup karena mereka merupakan agen perubahan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Saya bukan orang suci. Kalau pagi-pagi anak saya nangis karena biskuitnya patah, saya tetap bisa kehilangan kesabaran. Tapi saya selalu ingat satu hal dari Paus Fransiskus: beliau tidak hanya berbicara tentang mencintai manusia, tapi juga mencintai seluruh ciptaan Tuhan, termasuk bumi dan semua isinya.

Buat saya, ajaran ini bukan cuma teori. Ini harus masuk ke kehidupan sehari-hari, termasuk saat belanja ke warung, nyuci piring, sampai memilih produk di rak minimarket.  

Makanya, sejak punya anak, saya makin sadar bahwa gaya hidup saya harus berubah. Kalau dulu saya bodo amat pakai plastik kresek tiap kali belanja, sekarang saya sudah punya tas belanja andalan. Anak saya pun sudah hafal SOP belanja: "ibu, jangan lupa bawa tas sendiri!" Ini progress besar, mengingat anak dua tahun saya lebih sering lupa di mana dia taruh kaus kaki.  

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

Laporkan Konten
Laporkan Akun