Standar Beda #DibikinSimpel dan #Antiribet
Barangkali tulisan saya ini akan menjadi anti mainstream dari tema hari ini: tulis artikel apa saja asal memasukkan kata #dibikinsimpel, #antiribet.
***
H-1 lebaran.
Seperti biasa, tugas utama saya sebagai anak menantu adalah di dapur.
Membantu menyiapkan makanan bagi keluarga. Pak e make sudah tua. Tidak mungkin bagi mereka menyiapkan makanan bagi kami.
Total ada 21 orang di rumah ini hari ini. Jumlah ini bisa bertambah jika ada keluarga kakak yang mudik. Keluarga saya 6 orang. Keluarga adik 6 orang. Adik satunya 4 orang. Keponakan 3 dan tentu saja Bapak ibu mertua.
Jadi, bisa dibayangkan menyiapkan masakan dalam jumlah besar. Untunglah, kami rukun. Turun ke dapur. Tidak pandang bulu. Laki-laki perempuan sama saja.
Hari pertama Mak e menginstruksikan untuk memotong 3 ayam jago.
Ternyata ayam Pak e Mak e cukup banyak. Ada ayam betina berbulu coklat kenerahan. Ada ayam jago. Bulunya warna warni. Penampakannya sanggat macho.
Tiba- tiba terlintas dalam benak saya betapa ribetnya hari ini.
Hadeeeh....
Bayangkan.
Harus menangkap ayam dulu. Masak air panas. Ayam disembelih. Dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan bekas darah dan kotoran ketika menggelepar di tanah. Kemudian, direndam dalam air panas. Tujuan untuk memudahkan mencabuti bulunya.
Kemudian, membersihkan dan membuang bagian yang tidak perlu seperti tembolok dan empedu. Lalu memotongnya sesuai kebutuhan. Membuat bumbu. Dan seterusnya.
Ternyata apa yang saya pikir sesuatu yang ribet ternyata berkebalikan dengan yang dipikir suami saya dan saudara-saudaranya.
Justru ini #dibikin simpel
Kata suami, "Kita nggak perlu pergi ke pasar. Milih-milih. Tinggal nangkap. Diproses selesai."
"Tapi kan ribet, Bi," ujarku.
"Percayakan kami saja--para lelaki. Tidak lebih dari tiga puluh menit. Nanti Umi tinggal terima beres. Lalu dimasak," janjinya.
Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Mak e memberi instruksi jago mana yang harus diambil. Suami dan adik ipar segera berkoordinasi untuk menangkap tiga ekor ayam jago. Selain itu, suami mengkader anak laki-lakinya. Ternyata dibutuhkan tiga orang laki-laki untuk menangkap tiga ekor ayam jago. Hahaha...
Bagi saya ini peristiwa langka. Makanya saya abadikan.
Setelah terkumpul tiga ekor, mereka menyembelihnya dengan bacaan basmallah. Sementara itu air panas sudah disiapkan.
Ayam disembelih. Dicuci air dingin. Dimasukkan ke air panas. Dicabuti bulunya. Dibersihkan dan dipotong sesuai kebutuhan. Semua dilakukan oleh para lelaki.
Baru setelah beres diserahkan pada kami. Hari ini kami akan memasak soto lamongan.
Pas hari H lebaran, para lelaki menangkap dua ekor ayam jago. Tidak lebih dari riga puluh menit. Hari itu kami memasak kari ayam. Tidak lupa ketupatnya. Satu ember besar kari ayam siap disantap bersama ketupat. Yummy...
Setelah selesai menu utama, saya masih sempat membuat pisang goreng. Saya menemukan sekarung pisang di dapur. Rupanya, sisa dari membuat keripik pisang beberapa hari yang lalu. Ada yang sudah matang. Pisang kepok. Mantaaaap jiwa.
Di samping saya, adik ipar saya merebus ketela pohon yang dicabut di sawah.