Pesona Kuno Berkayu Ulin
Di dalam bangunan utama terdapat sebuah bangunan pengimaman (mihrab) yang beratap kuncup bawang dan memiliki ambang pintu yang berbentuk lengkung.
Pada mihrab ini terdapat dua sisi tegak dan sisi datar yang penuh dengan pahatan bermotif floral bersulur daun. Kemudian pada mimbar juga dipenuhi ukiran sulur daun dan kelopak bunga. Bagian tengah hiasan floral sulur dan kelopak bunga tersebut terukir kaligrafi dengan angka tahun 1337 H/1917 M.
Arsitektur Masjid Su'ada secara umum memperlihatkan penerapan konsep rancang bangun rumah tradisional Kalimantan Selatan, yaitu beratap tingkat tiga. Tingkatan-tingkatan ini bernilai filosofis dalam dunia sufisme.
Tingkat pertama mengandung makna syariat, tingkat kedua mengandung makna thariqat, dan tingkat ketiga mengandung makna hakikat.Sebagian besar bangunan masjid ini terbuat dari kayu ulin tersebut memiliki dimensi utama dengan ukuran 15,5 meter x 15,5 meter dan tinggi 12 meter.
Masjid ini bisa dianggap sebagai benda pusaka yang mempunyai tuah. Hingga mantan Perdana Menteri Indonesia, Mohammad Natsir dan wakilnya, Mohammad Roem pernah ke Wasah Hilir untuk menziarahi masjid kuno bersejarah ini.
Benda sejarah lainnya yang melengkapi kesakralan masjid ini adalah sebuah prasasti. Ini bukan barang biasa, namun berfungsi sebagai sebagai jam matahari atau oleh warga setempat disebut jidar.
Selain itu ada juga beduk yang mempunyai nilai mistis dan historis. Bedug ini pernah membuat tentara Belanda lari pontang-panting ketika ditabuh.
Tahap pembangunan Masjid Su'ada dipenuhi hal-hal irasional seperti angin topan yang bertiup keras yang menyebabkan sebatang pohon asam besar akan menimpa rumah Al Allamah Syekh H. M. Said sang pendiri Masjid Su'ada. Al Allamah tersebut langsung mendekati pohon tersebut dan mendorongnya dengan berlawanan arah.