Yudho Sasongko
Yudho Sasongko Freelancer

narahubung: https://linkfly.to/yudhosasongko

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Berbijak atas Nilai Guna Belanja

2 Mei 2020   02:10 Diperbarui: 2 Mei 2020   02:28 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbijak atas Nilai Guna Belanja
Pexels/Oleg Magni

Ketika semua orang membeli makanan atau bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya dan menumpuknya, maka siapapun akan terdorong untuk melakukan hal yang sama. Antisipasi hal negatif dari keadaan ini adalah berpikir jernih seperti yang disebutkan di atas. Apakah itu? 

Tentunya membeli atau berbelanja dalam takaran yang cukup untuk stok sebagai antisipasi keadaan yang sulit diprediksi. Kemudian tidak berhasrat untuk menimbunnya atau menjual kembali dengan harga yang mencekik. 

Kalap berbelanja harus diimbangi dengan sikap-sikap mulia sebagai makhluk yang sempurna dan selalu berpikir. Ketika tetangga ataupun siapa saja tidak mendapatkan makanan atau bahan pokok yang sama, sudi kiranya untuk berbagi, walau itu harus bayar. Ini merupakan bentuk partisipasi distribusi yang merata. 

Jika mempunyai jiwa altruisme (beramal) yang tinggi, bisa jadi akan digratiskan. Peran lain yang tak kalah penting dalam meredam efek negatif kalap berbelanja adalah peran pemerintah.

Jangan sampai kepercayaan publik terhadap pemerintah untuk menangani krisis semacam ini menurun. Sehingga masyarakat makin meningkatkan nafsu kalap berbelanjanya. Pemerintah juga harus mengeluarkan himbauan bagi pelaku usaha ritel agar meratakan distribusi dan tidak menaikan harga.

Sikap bijak lainnya adalah mengenai preferensi nilai guna barang. Fenomena yang terjadi saat krisis Covid-19 adalah meningkatkan harga-harga dan akuisisi barang-barang penting dari tangan orang-orang yang sebenarnya jauh lebih membutuhkan (seperti masker wajah untuk para pekerja kesehatan). Begitupun tentang berbelanja makanan dan kebutuhan bahan pokok lainnya, sempatkan untuk berpikir dan menimbang seperti di atas. 

Ketakutan yang tidak mendasar akibat kurangnya pengetahuan akan menghasilkan tindakan dramatis, membeli secara besar-besaran barang-barang tanpa pertimbangan preferensi nilai guna dan manfaatnya. 

Benar adanya bahwa naluri memertahankan diri dari sesuatu yang mengancam adalah tindakan rasional. Namun lebih bijak lagi jika ada pertimbangan preferensi nilai daya guna barang yang dibeli. Berpikir jernih dengan pertanyaan simpel, "Adakah yang lebih membutuhkan?"

Ketika ketenangan dan berpikir jernih terbentuk, maka ia akan mendahului semua terbentuk tindakan negatif dan menghasilkan keputusan yang lebih baik daripada saat membuat keputusan dalam keadaan panik dan ketakutan.

Selamat berbelanja dan jangan panik!

Referensi:

  1. bbc.co.uk, Human Instinct
  2. islamreligion.com, Instincts,Science and Religion

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun