Tradisi Kupatan dan Ziarah Kubur Jelang Lebaran
Hari Kemenangan Idulfitri sebentar lagi tiba. Banyak tradisi mulai dipersiapkan. Di antara tradisi jelang Lebaran tersebut yang biasa dilakukan di daerah saya adalah tradisi kupatan dan tradisi ziarah kubur.
Acara kupatan atau makan dan berbagi ketupat jelang Lebaran di Jawa Timur adalah produk budaya yang mendukung tujuan kemuliaan berbagi dan amal saleh yang diajarkan oleh agama.
Sedang ziarah kubur jelang Lebaran adalah kebaikan yang diajarkan dalam hal zikir maut (ingat mati). Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Al- 'Ankabut ayat 57 sebagai berikut:
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan."
Baik tradisi kupatan dan ziarah kubur jelang Lebaran di Jawa Timur sudah membudaya hampir di seluruh wilayahnya. Dua acara tradisi sambut Lebaran tersebut mempunyai nilai-nilai luhur tentang altruisme dan kontrol sosial yang sarat dengan nilai-nilai religi.
Tradisi kupatan dilakukan sesuai dengan modifikasi daerah masing-masing. Yang pasti, kupatan ini biasa dilakukan jelang Lebaran, sehari sebelum Hari Raya Idulfitri yang kemudian ketupat ini menjadi santapan istimewa di Hari kemenangan tersebut.
Tradisi ini juga dilakukan saat merayakan puasa sunnah Syawal di hari terakhir. Sebagai catatan, tradisi kupatan ini bukan saja hanya dilakukan jelang Lebaran, namun juga merupakan tradisi jelang Ramadan.
Pelaksanaan tradisi kupatan ini bervariatif. Ada yang dilakukan dengan cara saling antar (weweh) ataupun berkumpul di suatu tempat seperti masjid atau musala untuk melakukan selamatan dan warga membawa sajian masakan ketupat.
Kupat atau ketupat merupakan makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan selongsong dari anyaman daun kelapa yang masih muda (janur) lalu diisi dengan beras yang telah direndam air.
Selanjutnya kupat atau ketupat tersebut direbus berjam-jam sampai matang. Makanan ini biasanya disajikan bersama sayur pelengkap, seperti opor ayam dan lainnya.