Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Guru

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Menilik Tren Urbanisasi Pasca Idul Fitri 2024

13 April 2024   00:12 Diperbarui: 13 April 2024   00:24 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menilik Tren Urbanisasi Pasca Idul Fitri 2024
Ilustrasi daya tarik Jakarta, sumber: cnbcindonesia.com

Pada tahun-tahun sebelum pandemi, Jakarta pasca hari raya Idul Fitri atau hari besar lainnya seperti Natal dan Tahun Baru, akan disibukkan dengan peningkatan arus urbanisasi dari daerah. Jakarta merupakan salah satu kota tujuan urbanisasi selain kota-kota besar lainnya di Indonesia. 

Kota Jakarta yang menjadi ibukota negara memang selalu menjadi magnet daya tarik yang selalu menjadi titik fokus masyarakat yang hendak mengadu nasib. Umumnya, urbanisasi disebabkan karena keinginan masyarakat daerah yang hendak meningkatkan penghasilannya dengan bekerja di kota.

Hasil studi BPS pada tahun 2020 lalu menemukan sejumlah besar  migran risen yang masuk ke Jakarta. Migran risen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang berdomisili saat ini berbeda wilayah dengan domisilinya lima tahun yang lalu.

TREN YANG MENURUN

Dalam beberapa tahun terakhir ini, urbanisasi tampaknya mengalami penurunan. Salah satu media online ibukota menggambarkan tren kehadiran pendatang baru di Jakarta sepanjang tahun lalu menurun dibandingkan tahun 2022. Penurunan angka urbanisasi ini kemungkinan tidak hanya disebabkan oleh satu atau dua faktor saja. 

Berbagai upaya pencegahan maupun penindakan telah dilakukan pemerintah DKI Jakarta.  Ada kemungkinan, situasi ibukota dalam beberapa tahun terakhir turut memberi pengaruh. Melalui media-media informasi nasional, terlihat tren perubahan positif yang terjadi di kota maupun di pedesaan. 

Kemudahan dalam menjangkau akses transportasi, tersedianya sarana dan prasarana komunikasi, penyamarataan pendidikan, kesamaan harga kebutuhan pokok di semua wilayah, ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai, dan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Selain itu, rencana perpindahan ibukota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dan penataan regulasi kependudukan, sedikit banyak tampaknya ikut mempengaruhi minat untuk mengadu nasib di ibukota.  

Salah satu upaya penataan kependudukan, secara bertahap pemerintah DKI Jakarta akan menonaktifkan nomor induk kependudukan (NIK) sejumlah warga Jakarta yang telah meninggal. Selain itu, penataan juga terjadi pada warga yang tinggal di luar Jakarta meskipun memiliki KTP DKI Jakarta. Pada bulan Februari 2024, ditemukan setidaknya ada 13.000 warga yang memiliki NIK Jakarta namun berdomisili di luar Jakarta. 

   Baca juga: Jepang atau Finlandia, Menggali Potensi Tempat Tinggal Alternatif yang Memikat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun