Ruth Lana Monika
Ruth Lana Monika Wiraswasta

Penulis lahir di Jakarta. Seorang ibu rumah tangga yang sedang berusaha kembali mengasah talenta menulis dan belajar blogging.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Nostalgia, Anak Generasi 90-an di Bulan Ramadan yang Membuat Candu Rindu

19 April 2021   05:12 Diperbarui: 19 April 2021   05:23 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu semua kalangan, baik orang tua hingga anak-anak menyambut bulan penuh berkah dengan sukacita. Terutama bagi anak-anak momen ini teramat sangat spesial bagi mereka hingga menumbuhkan semangat riang gembira untuk menikmati momen Ramadan dengan menjalani kegiatan-kegiatan yang hanya dapat dilakukan pada bulan ini. Terlebih lagi untuk anak-anak generasi 90-an yang dahulu mempunyai akses terbatas dalam memperoleh informasi dibandingkan dengan zaman modern dan digital seperti saat ini. Anak-anak zaman ini cenderung memanfaatkan waktu bersama smartphone, tablet, ataupun gadget untuk menonton Youtube, Facebook, Instagram, Tiktok, dan game online dibandingkan untuk bermain bersama teman-temannya di luar rumah untuk melakukan berbagai beraktivitas fisik bersama. Fenomena ini berbanding terbalik dengan masa kecil generasi 90-an yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Menurut penulis Marchella FP. dalam bukunya yang berjudul "Generasi 90-an" adalah orang yang tumbuh kembang di era tahun 1990-2000, dimana pada era tersebut mereka masih duduk di bangku sekolah SD-SMP-SMA. Berikut 5 hal yang dapat membuat generasi 90-an nostalgia dengan masa kecilnya di bulan Ramadan:

1. Bermain Petasan

Setelah melaksanakan salat tarawih adalah waktunya bagi anak-anak untuk bermain petasan di lapangan ataupun di jalanan. Petasan yang dimainkanpun beragam, ada yang berbentuk kecil seperti biji untuk dibanting, ada pula yang bisa meluncur ke langit bentuknya seperti gagang sapu, dan ada yang terbuat dari bambu petung. Petasan dari bambu ini sering dibuat sendiri oleh anak-anak disaat siang hari. Keseruan saat membuat petasan bambu sangatlah membekas di hati, mulai dari mencari bambu petung, menebangnya hingga mengolahnya menjadi petasan. Keseruan saat bermain petasan adalah saat perang bunyi yang saling bersautan. Bunyi petasan yang keras, biasanya akan membuat anak-anak mendapatkan teguran dari  orang tua karena suaranya yang mengagetkan.

2. Ngabuburit

Ngabuburit atau melakukan aktivitas untuk menunggu waktu berbuka puasa menjadi kegiatan yang tidak dapat lepas dari bulan Ramadan. Pada anak-anak generasi 90-an untuk menemani menunggu waktu berbuka puasa, mereka menggunakan waktu dengan bermain bersama, memainkan permainan tradisional, seperti jamuran (permainan dimainkan anak-anak yang berjumlah 4-12 orang), engklek (dimainkan dengan cara melompat dengan satu kaki pada kotak-kotak yang telah dibuat), boy-boyan (permainan yang dimainkan dua kelompok), congklak (permainan congklak dilakukan oleh dua orang), bekel (permainan yang biasanya dimainkan dengan lima benda kecil dan satu bola kecil dengan cara bergiliran), gateng (serupa dengan bekel tetapi pada gateng menggunakan batu kecil untuk benda yang diserakkan) dan masih banyak permainan lainnya. Suasana riuh dan bahagia membuat anak-anak merasakan waktu menjelang berbuka puasa berjalan dengan cepat.

3. Membangunkan Sahur

Tidak hanya beraktivitas saat siang hari saja, anak-anak juga mempunyai kegiatan khusus saat sebelum waktu sahur usai. Biasanya mereka akan ikut berkeliling membangunkan warga sekitar untuk sahur dengan membawa alat sambil berteriak "Sahur... sahur...". Semakin ramai maka akan semakin seru, sebelum beraksi anak-anak saling menghampiri temannya untuk berkeliling bersama. Alat yang digunakan untuk membangunkan warga saat itu biasanya adalah beduk. Beduk akan diarak secara bersama-sama, sehingga untuk membangunkan orang sahur, anak-anak pada masa itu mengandalkan suara beduk, begitu juga untuk menandakan waktu imsyak dan berbuka puasa.

4. Kegiatan Pesantren Kilat

Bulan Ramadan identik dengan kegiatan pesantren kilat bagi anak sekolah. Pesantren kilat ini bertujuan untuk mengisi bulan Ramadan dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan ini disusun dengan materi keagamaan, seperti salat berjemaah, tadarus, mendengarkan ceramah, dan lomba-lomba lain yang berkaitan dengan amalan atau ibadah, seperti lomba azan, lomba ceramah, dan membaca Alquran. Kegiatan ini seringkali berlangsung selama 2 hingga 3 hari. Biasanya kegiatan pesantren kilat ini berlangsung di sekolah, sehingga anak-anak diwajibkan untuk menginap bersama-sama di sekolah. Hal ini menjadi kenangan kebersamaan yang membekas dengan suasana gembira.

5. Mendapatkan THR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun