Ruth Lana Monika
Ruth Lana Monika Wiraswasta

Penulis lahir di Jakarta. Seorang ibu rumah tangga yang sedang berusaha kembali mengasah talenta menulis dan belajar blogging.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Tanggapan Hati Mengikuti Samber THR Kompasiana 2021

8 Mei 2021   07:51 Diperbarui: 8 Mei 2021   07:51 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanggapan Hati Mengikuti Samber THR Kompasiana 2021
Dokumen Pribadi

Saya adalah kerabat Kompasiana dengan level debut. Saat saya mendaftarkan diri tak ada terbersit untuk mengikuti event Kompasiana secepat ini. Saya mulai bergabung menjadi kerabat Kompasiana kurang lebih tanggal 8 April 2021 dan tervalidasi pada tgl 15 April 2021. Setiap hari dari saya mendaftarkan diri, saya selalu mengecek akun untuk melihat apakah sudah tervalidasi atau belum. Namun, ketika saya melihat event Samber THR Kompasiana 2021 saya langsung terpikat untuk mencoba turut memeriahkannya. Lalu, apakah perjalanan saya mulus tanpa hambatan begitu saja dalam mengikuti Samber THR Kompasiana 2021 ini? Berikut duka dan suka saya dalam melakukan perjalanan menyusuri dan menyelisik setiap tema di Samber THR Kompasiana 2021.


1. Merasa rendah diri

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Ketika saya melihat berbagai postingan artikel dari kerabat-kerabat Kompasiana lainnya, goresan pena mereka membuat hati saya melongo dan terselimuti rasa rendah diri. Saya merasa masih kalah jauh, baik berdasarkan jam terbang maupun pengetahuan. Bagaikan api unggun yang bertanding dengan lilin. Namun, hal ini memicu saya untuk menjadikannya sebuah tantangan baru. Saya menantang diri sendiri untuk menaklukkan rasa rendah diri dan ketakutan yang tercipta di pikiran. Menghancurkan dinding kemalasan untuk meraih peluang.


2. Laptop cedera

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dalam membuat goresan pena saya selalu menuangkannya melalui perangkat laptop kepunyaan saya bersama adik-adik, sehingga pengguna laptop ini berjumlah 3 orang termasuk saya. Pada awalnya, semua berjalan lancar dan sesekali masalah yang timbul hanyalah pembagian jam penggunaan laptop. Ketika laptop kami ini harus digunakan untuk membantu sekolah daring dan bimbingan skripsi adik-adik, maka saya memilih untuk menggunakannya pada saat malam hari. Akan tetapi, masalah besar baru muncul ketika hari kesembilan yaitu laptop kami mulai mengalami cedera. Cedera yang dialaminya seperti tiba-tiba ia mati sendiri walaupun kondisi baterai masih memadai dan keyboard mulai mengetik huruf "O" sendiri (terkesan horor tidak?) baik di word maupun dalam keadaan tidak membuka aplikasi sama sekali. Pada awalnya, cedera ini masih dapat tertangani hingga hari kelima belas laptop kami benar-benar sudah binasa. Apakah saya harus menyerah begitu saja? Tentu tidak. Sang Ilahi memberi jawaban atas kegalauan hati saya. Saat saya memutar musik, lantunan syair mengisi pikiran dan mengobarkan semangat saya kembali. Yah, syair yang terdengar ini "Kau bisa patahkan kakiku, tapi tidak mimpi-mimpiku. Kau bisa lumpuhkan tanganku, tapi tidak mimpi-mimpiku...." telah menggerakkan tangan saya untuk mencoba menulis di cacatan handphone. Hingga saat ini pun saya masih memanfaatkan handphone saya untuk menuangkan goresan pena.


3. Buah pikiran tersendat-sendat

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Setiap tema, apakah selalu mudah menemukan ide goresan? Jawabannya tentu tidak. Buah pikiran ini seperti angin yang berhembus, datang dan pergi silih berganti. Terlebih lagi, pengetahuan dan pemahaman saya yang masih sangat kurang. Hingga suatu hari saya benar-benar tak ada bayangan untuk melukis buah pikiran tentang beberapa tema. Hingga akhirnya saya mendapat pertolongan ilham dari Sang Ilahi melalui mimpi. Selain itu, terkadang pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga dan juga guru les privat mata pelajaran sudah menyita tenaga serta pikiran. Sehingga dengan sayap yang patah, saya sering mengalami ketersendatan buah pemikiran. Tak jarang semangat ini meredup, pada minggu pertama dan kedua semangat berkobar-kobar tetapi Minggu ketiga dan keempat sempat mengalami pasang surut. Hal ini seperti sedang menaiki wahana rollercoaster saja. Namun, hal ini tak dapat mematahkan semangat saya dalam membuat suatu karya goresan pena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun