Lopis Raksasa Menjadi Ciri Khas Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan
Pekalongan,- Syawalan merupakan tradisi masyarakat Kota Pekalongan khususnya masyarakat daerah Krapyak di bagian utara Kota Pekalongan yang dilaksanakan pada setiap hari kedelapan di Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan atau dikenal dengan tradisi lopis raksasa biasanya dilakukan mayoritas masyarakat Jawa beragama muslim yang masih menjunjung agama dan budaya salah satunya masyarakat Krapyak, Kota Pekalongan, melalui pembiasaan melaksanakan acara Syawalan setiap tahunnya dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat Krapyak dengan warga lain yang ditandai dengan sifat lopis yang lengket.
Dalam tradisi Syawalan di kota Pekalongan, memakan lopis bersama keluarga dan teman-teman merupakan salah satu momen yang sangat berharga. Hidangan ini menjadi simbol kebersamaan dan persatuan dalam menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idul Fitri bersama-sama.
Selain sebagai makanan yang lezat, lopis juga memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Indonesia. Salah satu makna dari lopis adalah sebagai simbol persatuan dan kesatuan. Ketan, bahan dasar pembuatan lopis, merepresentasikan kesatuan karena ketan yang telah dicetak menjadi segi empat melambangkan kebersamaan dan kesatuan.
Selain itu, daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus lopis juga memiliki makna yang sama, yaitu simbol persatuan dan kebersamaan. Lopis juga memiliki makna sebagai simbol kesederhanaan. Meskipun rasanya lezat dan enak, kue lopis dibuat dari bahan-bahan yang sederhana dan mudah ditemukan di sekitar lingkungan.
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kelezatan tidak selalu tergantung pada kekayaan atau bahan yang mewah, melainkan dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang sederhana dan biasa. Selain itu, lopis juga memiliki makna sebagai simbol kesucian dan kebersihan.
Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus lopis juga memberikan perlindungan pada kue dari kotoran dan debu, sehingga lopis tetap terjaga kebersihannya dan tidak terkontaminasi oleh benda-benda asing yang tidak diinginkan.
Dalam konteks keagamaan, lopis juga sering dihidangkan sebagai makanan untuk para tamu yang datang ke acara keagamaan, seperti acara selamatan atau kenduri. Lopis dianggap sebagai makanan yang suci dan diberkahi, sehingga dapat menjadi sarana untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan pada Tuhan. Lopis memiliki makna yang kaya dan mendalam bagi masyarakat Indonesia.
(Humas Lapas Pekalongan)