Linda Andayani
Linda Andayani Konsultan

Seorang Ibu rumah tangga yang sangat senang membacakan buku untuk ketiga anaknya

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Filosofi Tradisi Saling Memaafkan di Hari Raya Idul Fitri

29 April 2023   22:48 Diperbarui: 29 April 2023   22:53 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi Tradisi Saling Memaafkan di Hari Raya Idul Fitri
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Minal aidin wal faidzin Mohon maaf lahir dan batin adalah ucapan yang biasa disampaikan saat hari raya idul fitri, meskipun sebenarnya mengucap selamat Hari Raya Idul Fitri itu tidak pernah dicontohkan oleh rasulullah SAW namun tidak ada juga larangan dari beliau untuk mengucapkannya

Di dalam ajaran Islam, saling memaafkan itu dapat dilakukan kapan saja dan tidak harus dilakukan setelah ibadah puasa Ramadhan. Melainkan, seseorang yang berbuat salah harus segera meminta maaf

Untuk itu, Memafkan orang lain tidak mesti hanya dilakukan pada hari raya. Jumhur ulama sampai bersepakat bahwa hukum mengucapkan Selamat Lebaran atau Selamat Idul Fitri itu mubah (boleh)

Di Indonesia, tradisi memaafkan di hari raya memiliki filosofi yang diceritakan oleh seorang budayawan Dr. Umar Khayam. Menurutnya, tradisi lebaran merupakan akulturasi budaya Jawa dan Islam yang digabungkan guna menjaga kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.

Hingga kini akhirnya tradisi itu meluas ke seluruh wilayah di Indonesia yang biasa disampaikan dengan cara sungkem maupun halal bi halal

Sungkem sendiri berasal dari budaya Jawa. Dengan sungkem kepada orang yang lebih tua dianggap sebagai sesuatu perbuatan yang terpuji dan tidak berarti sebuah kerendahan derajat.

Sedangkan halal bi halal diduga sebagai tradisi yang berawal dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa, seperti yang tertulis dalam sebuah sumber di sekitar Keraton Surakarta.

Setelah dilaksanakannya sholat Idul Fitri, demi mengefektifkan waktu, maka diadakan sebuah pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara bersamaan di balai istana.

Mereka semua dengan tertib melakukan sungkem dengan raja dan permaisuri. Hingga kemudian, kegiatan itu ditiru oleh para organisasi Islam dan dikenal dengan istilah halal bihalal.

Karna halal bi halal adalah media silaturahmi yang positif, maka tradisi ini masih dilanjutkan hingga sekarang

itulah filosofi tradisi dari saling memaafkan di hari raya idul fitri,  mengingat tujuan dari puasa Ramadhan yaitu menghapus dosa-dosa di waktu yang lampau. Maka Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang tepat untuk saling meminta maaf kesalahan masing-masing secara bersamaan

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun