Madeni Al Lomboky
Madeni Al Lomboky Dosen

Dr. Madeni, M.Pd.I, dilahirkan di dusun Mentigi, Kabupaten Lombok Utara, NTB (Nusa Tenggara Barat pada tanggal 19 Juni 1987 dari pasangan Ibu Rakyah dan Bapak H. Suparman. Sejak Remaja mengenyam pendidik pesantren di MTs Ad Dinul Qayyim Kapek Gunung Sari Lombok Barat, kemudian Melanjutkan pendidikan SMA di Pondok pesantren Al Hikmah Pemenang, Lombok Utara sebelum Hijrah dan menutut Ilmu di Ma'had Ar Raayah Sukabumi, Jawa Barat, dan Menempuh pendidikan S1 di Kampus Dakwah STID Mohammad Natsir, serta S2 di Universitas Ibn Khaldun Bogor dan menyelesaikan pendidikan S3 Jurusan Ilmu Dakwah di Universitas Islam Asy Syafi'iyah, Bekasi serta Menyelsaikan Program Pendidikan Kader Ulama (PKU) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di PPMS Ulil Albab. Aktifitas sehari-hari sebagai dosen tetap di STID Mohammad Natsir, dan diamanahkan untuk menjabat sebagai Sekretaris Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, serta penulis buku Pemuda Ideal Harapan Umat dan Bangsa Dr. Madeni, M.Pd.I juga merupakan Da'i Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang pernah ditugaskan untuk berdakwah di Bolaang Mongondow, manado Sulawesi Utara serta terjun berdakwah ditengah-tengah masyarakat di lereng merapi Magelang Jawa Tengah selama satu tahun. Email:madeniallomboky@gmail.com Fb: Madeni Al Lomboky Ig: Madeni Al Lomboky twitter: Madeni Al Lomboky Youtube: Madeni Al Lomboky Hp: 085338140983

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Marhaban Ya Ramadhan

10 Maret 2024   18:51 Diperbarui: 10 Maret 2024   18:55 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marhaban Ya Ramadhan
Gambar bersumber dari Canva

Hal ini karena hamba yang saleh menyambut masa-masa kebaikan dan ibadah dengan sukacita dan kebahagiaan; Allah -subhanahu wa ta'ala- berfirman: "Apabila suatu surah diturunkan, di antara mereka ada yang berkata: 'Siapakah di antara kalian yang imannya bertambah dengan disebabkan oleh surah ini?' Maka orang-orang yang beriman bertambah imannya, dan mereka bergembira." (QS. At-Taubah: 124)

Kenapa kita harus bergembira menyambut ramadhan? Dikarenakan Bulan Ramadhan yang mulia dianggap sebagai salah satu waktu yang diberkahi, ramadhan kesempatan terbaik untuk bertaubat dari segala perbuatan dosa.  

Ramdhan juga momentum kita melihat orang-orang berbondong-bondong menuju masjid yang penuh dengan jamaah di semua waktu. Hati orang yang beriman merasa gembira, jiwa-jiwa yang suci bersukacita dengan mendekatkan diri kepada Allah. 

Menyambut bulan Ramadhan dengan pujian dan syukur kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-: Karena mencapai bulan Ramadhan yang mulia dan berpuasa di dalamnya adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah -subhanahu wa ta'ala- kepada hamba-hamba-Nya, oleh karena itu, seharusnya kita banyak memuji dan mensyukuri Allah.

Artinya: Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan "Katakanlah, 'Dengan Karunia Allah'." Yaitu --Quran yang merupakan nikmat, karunia, pemberian, dan keutamaan terbesar yang Allah limpahkan kepada hamba-hambaNya. 

RahmatNya adalah agama, iman, ibadah kepada Allah, mencintaiNya, dan mengetahuiNya. "Hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik daripada sesuatu yang mereka kumpulkan," dalam bentuk kenikmatan dunia dan kelezatannya.

 Nikmat agama yang berkaitan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dikumpulkan di dunia yang dalam waktu dekat akan lenyap dan menghilang. 

Allah memerintahkan berbahagia dengan karunia dan rahmatNya karena hal itu memang menyebabkan kebahagiaan, semangat, serta bersyukur kepada Allah dan menambah kekuatan serta keinginan kuat bagi jiwa untuk meraih ilmu dan iman dan meningkatkan keduanya.

Hal tersebut merupakan kebahagiaan yang dipuji, Lain halnya berbahagia dengan syahwat, kenikmatan dunia atau berbahagia dengan kebatilan. Ini adalah tercela sebagaimana Firman Allah tentang ucapan kaum Qarun kepadanya. " 

"Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri"."(Al-Qashash:76).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun