Ramadan di Tengah Pandemi, Mau Seperti Tahun Lalu Lagi?
Ini sudah yang kedua kalinya kita merasakan ramadan dengan kondisi yang bisa dibilang, "spesial." Sudah dua kali ramadan kita ditemani virus yang terus menyebar mencari mangsanya tanpa henti. Tapi, apa boleh di kata. Mulai virus itu muncul, kita harus belajar bagaimana beradaptasi dan menyesuaikan diri agar bisa hidup berdampingan dengan "mereka."
Kalau boleh cerita, ramadan tahun lalu saya yakin kalian merasakan apa yang juga saya rasakan. Ramadan tahun lalu itu sangat-sangat tidak berasa. Semua orang sedang dilanda kepanikkan karena virus corona. Ya, saat itu masih awal-awal virus corona masuk ke negara kita. Sehingga, banyak orang yang benar-benar mengurangi aktivitasnya, tidak berkerumun, dan benar-benar memproteksi diri.
Apalagi saat itu ramadan. Bulan yang memang, kalau tidak berkerumun itu, rasanya tidak afdhol. Kita selalu mengagendakan buka puasa bersama, halal bi halal, kumpul keluarga, dan sebagainya. Akhirnya, karena pandemi yang melanda, tahun lalu kita sulit untuk merasakan bagaimana bisa menikmati ramadan seperti biasanya.
Terlebih, entah saya saja atau yang lain juga merasakannya. Saya merasa ramadan tahun kemarin terlalu cepat. Entahlah ... waktu seakan cepat bergulir dan tak terasa sudah lebaran saja. Itu pun, salat ied diminta untuk dilaksanakan di rumah masing-masing bersama keluarga. Karena saat itu, wilayah saya pun sudah masuk ke dalam zona merah.
Walau ini sudah akhir zaman, dan "waktu yang cepat bergulir" adalah salah satu tanda dekatnya kita dengan datangnya kiamat, tapi sejujurnya ... ramadan tahun kemarin adalah ramadan tercepat yang saya rasakan seumur hidup.
Ramadan yang biasanya saya dan teman-teman mengurus agenda ramadan, pesantren kilat, bagi-bagi takjil, jualan makanan untuk berbuka, buka puasa SD, SMP, SMA, kuliah, kantor, sahur on the road, dan agenda lain. Tapi semua itu akhirnya ter-cancel dan dialihkan pada agenda yang hanya bisa dilaksanakan secara online.
Lebih parahnya lagi. Banyak yang sudah lelah dengan kondisi Indonesia bulan Mei lalu, akhirnya menjalani ramadannya juga kurang semangat. Alhasil, saya yakin banyak teman-teman yang target ramadannya tidak tercapai atau mungkin targetnya tercapai tapi sudah dikurangi tidak seperti saat ramadan tanpa corona.
Hal yang menjadi pertanyaan adalah, "Apakah ramadan tahun ini kita akan mengalami kondisi yang sama seperti tahun lalu?"
PERTAMA, TIDAK PERLU KHAWATIR
Kita kembali ke mindset. Kondisi Indonesia pada ramadan tahun ini, jauh lebih baik dibanding ramadan tahun lalu. Mungkin banyak orang yang sudah tidak mau lagi update berita tentang corona. Namun, saya termasuk orang yang sebaliknya. Saya selalu update bagaimana jumlah yang positif di negara kita, dan sebagainya.
Satu hal yang harus kalian tahu. Sekarang, rata-rata jumlah pasien yang sembuh sudah lebih besar dibanding dengan jumlah pasien yang positif. Bahkan kasus aktifnya terus berkurang dari hari ke hari. So, di masa depan Insyaallah Indonesia akan "tervaksin" dengan corona.