Mahir Martin
Mahir Martin Guru

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Niat, Ikhlas, dan Hijrah

4 April 2022   07:25 Diperbarui: 4 April 2022   07:28 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Niat, Ikhlas, dan Hijrah
Shahih Bukhari (sumber: muslim.or.id)

Misalnya, seorang siswa memberi contekan kepada teman dengan niat membantu teman agar lulus ujian. Jika ini terjadi, maka siswa tersebut perlu mengoreksi kembali niatnya. Ada banyak cara membantu teman lulus ujian, tanpa  harus dengan memberikan contekan.

Bicara tentang niat, maka ikhlas perlu dikedepankan. Ikhlas dalam ibadah artinya memurnikan ketaatan kepada-Nya, mukhlisina lahuddin (QS. Bayyinah : 5). Ikhlas juga bermakna mengerjakan sesuatu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, liwajhillah (QS. Al-Insan : 9).

Konsep ikhlas berkaitan erat dengan infak dan sedekah. Memberi infak dan sedekah bisa dilakukan secara terang-terangan dengan tujuan memberi inspirasi. Bukan untuk pamer dan riya. Namun, jika bisa disembunyikan akan lebih baik (QS. Al-Baqarah : 271).

Al-Quran menyampaikan kepada kita untuk memberikan infak dan sedekah kepada orang fakir yang terikat di jalan Allah dan menjaga diri dari meminta-minta (QS. Al-Baqarah : 273).

Kini, kita sering melihat fenomena orang yang meminta-minta dan mengemis di jalan. Bahkan hal itu sudah dijadikan sebagai profesi. Orang yang seperti ini tidak termasuk ke dalam kategori orang yang melakukan kebajikan. Oleh karenanya, orang seperti ini tidak masuk ke dalam prioritas Al-Quran untuk ditolong (QS. Al-Maidah : 2).

Setelah kita memahami niat dan ikhlas,  sekarang mari kita sedikit membahas konsep hijrah yang juga termaktub dalam hadis ini. 

Saya teringat pada sebuah video penjelasan tentang hijrah yang saya tonton beberapa minggu lalu. Penjelasan diberikan oleh seorang profesor bidang Ilmu sosial dan humaniora dari Maroko, sebuah negara Islam di utara Afrika.

Awalnya beliau berpikir bahwa perbincangan tentang hijrah di dunia Islam saat ini hanyalah sebatas sebuah peristiwa sejarah masa lalu saja. 

Namun, pikirannya berubah ketika beliau bertemu sekelompok remaja yang rela meninggalkan kampung halamannya untuk berkhidmah di pedalaman Afrika. 

Ketika mereka ditanya mengapa kalian melakukan ini semua? Mereka menjawab dengan tulus dan ikhlas, "Kami berhijrah di jalan Allah."

Inilah potret hijrah yang masih kita bisa lihat di zaman sekarang ini. Hijrah yang didasari niat yang tulus dan ikhlas untuk berkhidmah kepada kemanusiaan. Rela berpindah meninggalkan kampung halaman demi tujuan mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun