Mahir Martin
Mahir Martin Guru

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sahabat Ibnu Abbas dan Membaca Al-Quran dengan Tartil

8 April 2022   17:49 Diperbarui: 8 April 2022   17:52 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sahabat Ibnu Abbas dan Membaca Al-Quran dengan Tartil
Kitab Shahih Bukhari (sumber: muslim.or.id)

Ini yang sekarang jarang kita temui. Kebanyakan para penuntut ilmu memiliki niat yang tidak suci. Misalnya, pelajar yang belajar hanya untuk mengejar nilai, kelulusan, atau selembar ijazah. 

Hal ini sebenarnya hanya merugikan dirinya sendiri. Hidup mereka menjadi tidak tenang, stres, dan tertekan. Tidak sedikit, yang alih-alih mendapatkan niatnya, justru mendapat kegagalan.

Ya, cinta ilmu adalah yang utama, dari sekedar ilmu itu sendiri. Cinta ilmu akan membuat ilmu bernilai dan bermakna. Cinta ilmu yang akan membuat kita terus belajar, sampai akhir hayat kita.

Sekarang, mari kita masuk kepada inti kandungan dari hadits ini. Hadits ini menceritakan asbabun nuzul surah Al-Qiyamah dari ayat 16-19. 

Surah ini adalah nasihat Allah SWT kepada Nabi SAW agar tidak terburu-buru menghafal Al-Quran. Hal ini karena saking semangatnya Rasulullah SAW, sehingga ketika Jibril menurunkan wahyu, beliau ingin langsung segera mengikutinya dan menghafalnya (QS Al-Qiyamah: 16). 

Allah SWT memberikan nasihat ini kepada Nabi SAW sebagai peringatan bahwa nanti yang akan menjadikannya kuat menghafal, memahami di dada adalah Allah SWT (QS Al-Qiyamah: 17). 

Oleh karenanya, melalui ini kita dinasehati bahwa ketika membaca Al-Quran itu harus tartil. Tartil adalah membaca Al-Quran dengan memberikan hak atas setiap huruf dan sesuai dengan kaidah tajwid.

Tartil tidak menunjukkan kecepatan. Kecepatan bisa saja berbeda dari satu individu ke individu yang lain. 

Hal ini diperkuat juga dengan perintah yang tegas dalam Al-Quran untuk membacanya dengan perlahan-lahan, atau dengan tartil semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kita (QS Al-Muzammil: 4).

Mengapa membaca Al-Quran harus dengan tartil? Tujuannya, agar kita mendapat curahan rahmat Allah SWT dengan mendengar dan memperhatikan bacaan Al-Quran (QS Al-'Araf 204).

Al-Quran bisa didengarkan ketika dibaca dengan tartil dari manapun asalnya. Baik dari kaset, suara di masjid, atau kita mendengarkannya secara langsung. Jika dibaca cepat, apalagi tidak ada tajwidnya, maka akan sulit kita mendengarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun