Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...
Menguatkan dan Meluruskan Iman
Ramadan hari kesembilan. Kita akan melanjutkan pembahasan hadits dari Kitab Shahih Bukhari. Kita sudah memasuki pembahasan hadits ketujuh. Hadits ini membahas bab baru yaitu tentang iman.
Sebelum membahas hadits perkara iman, Imam Bukhari memberikan pengantar tentang apa itu iman.
Beliau berkata, "Iman itu bukan hanya sekedar tasdik/pembenaran dalam hati, tetapi juga dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan."
Selain itu, iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan, dan berkurang karena kemaksiatan atau perbuatan dosa.
Dalam Al-Quran terdapat penjelasan tentang menambah keimanan atas keimanan yang telah ada. Maka, kita mengakui bahwa sesama muslim derajat keimanannya berbeda-beda (QS Al-Fath: 4). Mukmin yang istiqomah berbeda keimanannya dengan yang tidak.
Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah SWT menambahkan hidayah/petunjuk kepada pemuda-pemuda yang beriman. (QS Al-Kahfi: 13). Hidayah/petunjuk ini bisa diartikan sebagai keimanan.
Imam Bukhari juga mengutip ucapan Umar bin Abdul Aziz yang berkata "Yang disebut keimanan itu melaksanakan kewajiban-kewajiban, syariat-syariat, hukum-hukum, dan juga sunnah-sunnah."
Umar bin Abdul Aziz ini adalah Amirul Mukminin dari Daulah Bani Umayyah yang dikenal memiliki sifat yang sangat zuhud dan takwa kepada Allah SWT. Banyak kisah masyhur tentang kezuhudan Umar bin Abdul Aziz.
Salah satunya adalah ketika beliau sedang bekerja, menulis sesuatu berkaitan dengan tugas negara di dalam ruangan.
Lalu, ada yang mengetuk pintu ruangannya. Beliau bertanya siapa yang datang dan ada urusan apa. Ternyata yang datang adalah anaknya dan ingin membicarakan urusan keluarga.