Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...
Cinta Rasul, Orangtua, dan Anak
Ramadan hari kelima belas. Hari ini kita melanjutkan pembahasan Kitab Shahih Bukhari bab mencintai Rasulullah bagian dari iman. Berikut teks haditsnya:
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya." (HR. al-Bukhari : 13).
Dalam hadits ini dibahas indikator keimanan. Salah satu indikator keimanan adalah kecintaan seseorang kepada Rasulullah melebihi kecintaan kepada anak dan orangtuanya.
Muncul pertanyaan. Bukankah mencintai orangtua itu perintah agama? Bukankah mencintai anak itu juga fitrah manusia? Tetapi mengapa semua cinta itu tidak boleh melebihi cinta kepada Rasulullah?
Jawabannya, karena mencintai Allah dan Rasulnya, maka kita mendapat jaminan kebaikan dunia dan akhirat, sedangkan mencintai anak dan orangtua berhubungan dengan dunia, belum tentu mendapat kebaikan di akhirat (QS At-Taubah: 24).
Berbakti kepada orangtua itu bersyarat. Syaratnya adalah orangtua yang mengikuti syariat Allah SWT. Jika orangtua bertentangan dengan syariat, maka Al-Quran memerintahkan kita jangan menaatinya (QS Lukman: 15).
Dalam hadits lain dijelaskan tidak ada kewajiban taat kepada makhluk jika untuk bermaksiat kepada Khalik.
Selain itu, dii dalam Al-Quran dijelaskan bahwa jika benar engkau mencintai Allah, maka ikuti jalan Nabi. Dan ini satu-satunya jalan, tak ada jalan yang lain (QS Ali-Imran: 31).
Ada hal menarik dari pembahasan ini. Di dalam Al-Quran tidak ada ayat yang memerintahkan orangtua mencintai anaknya. Mengapa? Karena mencintai anak adalah fitrah manusia.
Orang yang tak beragama pun akan mencintai anaknya. Bahkan, binatang saja mencintai anaknya. Ada pepatah yang mengatakan, "Bagai anak ayam kehilangan induk," karena fitrahnya induk itu melindungi anaknya.