Manaf Rumodar
Manaf Rumodar Mahasiswa

Aktivis di organisasi nasional HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Seakan Kitorang Setengah Binatang; Pers Rilis, Solidaritas Rakyat Anti Militerisme dan Peduli HAM di Tanah Papua

28 Maret 2024   17:58 Diperbarui: 28 Maret 2024   19:46 3261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hentikan Operasi Militer Ilegal di Papua, Praktek Penyiksaan Terhadap Rakyat Sipil Papua,Tangkap dan Adili Pelaku"

Sepanjang tahun 2024 kasus kekerasan aparat dengan sejumlah kasus yang dilakukan oleh TNI/POLRI terhadap masyarakat sipil Asli Papua di beberapa tempat dan waktu yang berbedabeda merupakan potret kekerasan yang dapat kami sebutkan juga dalam kesempatan ini. Beberapa diantaranya seperti yang terjadi mulai bulan januari, publik diperlihatkan bahwa adanya fakta praktik kekerasan aparat keamanan Indonesia terhadap Masyarakat sipil Asli Papua, yaitu kasus penangkapan dan kekerasan terahadap empat orang Masyarakat sipil papua oleh prajurit TNI di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah. 

Selanjutnya di kabupaten yahukimo, aparat keamanan Indonesia menangkap dan melakukan penyiksaan terhadap dua pelajar papua, yang hingga saat ini mereka masih ditahan dan belum di bebaskan atau dijinkan menggunakan hak hukumnya (bantuan hukum) dari Polda Papua. (MH) dan (BGE) adalah duapelajar yang ditangkap di Kali Brasa, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Provinsi PapuaPegunungan, pada 22 Februari 2024. 

Dan setelah diperiksa polda mereka berdua terbukti tak bersalah namun hingga sekarang mereka masih ditahan di rutan Polda Papua. Kasus kekerasanaparat lainnya yang menimpa seorang Perempuan muda Papua, Jeni Urpon, yang dianiaya menggunakan kayu sampai mati oleh seorang anggota kepolisian di Pegunungan Bintang, pada 5 maret 2024 lalu.

Beberapa hari lalu video penyiksaan terhadap waga sipil papua Viral di media sosial membuat Masyarakat luas menjadi geram. Disaat video viral itu masih panas di berbagai platform sosial media, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Izak Pangemanan, mengatakan di hadapan media-media bahwa video penyiksaan yang viral itu hanyalah manipulasi (hasil editan). 

Kami sangat muak dengan sikap Pangdam Papua selaku Pimpinan TNI di daerah yang meliputi Provinsi Papua dan provinsi-provinsi baru disekitarnya atas tindakan tak beretika itu. Karena Pangdam Papua telah mendahului Proses hukum dengan membuat sebuah kesimpulan atas sebuah kasus hukum dan HAM yakni kekerasan aparat kemanan di Indonesia kepada warga 

sipil papua, yang tidak berdasar hukum dan asas keadilannya. Diketahui dari berbagai sumber yang kredibel, bahwa pada tanggal 3 februari 2024, video berisi rekaman peyiksaan itu adalah benar. Selama (37 hari) lamanya, terhitung mulai dari tanggal 3 februari -- 22 Maret 2024, kasus penyiksaan itu sudah terjadi, hanya saja publik baru mengetahui adanya penyiksaan itu setelah videonya beredar luas pada 22 Maret 2024 sampai sekarang.

Penangkapan dan penyiksaan tersebut terjadi terhadap tiga warga sipil puncak papua atas nama warinus murib, definus kogoya, alius murib, asal distrik mangume dan distrik amukia, kabupaten puncak papua (ilaga), Provinsi Papua Tengah. Setelah Aparat TNI menangkap dengan tanpa bukti, aparat membawah mereka ke pos TNI, kabupaten puncak. 

Bukannya membawa mereka ke Polres Puncak sesuai kewenangan penegak hukum pertama (kepolisian) di wilayah sipilsesuai ketentuan hukum yang berlaku (asas pra duga tak bersalah), justru 13 anggota TNI yang merupakan pelaku dalam penyiksaan ini langsung menindak ketiga warga papua dengan cara menyiksa secara Bersama-sama, memaki-maki dan lalu merekam kekejaman penyiksaan itu. 

Yang atas perbuatan para pelaku (13) anggota TNI dari Satuan Yonif III/Siliwangi Raider 300/Brajawijaya telah mengakibatkan salah satu korban sipil diantaranya atas nama warinus murib meninggal dunia dan alinus murib mengalami luka-luka. Sedangkan seorang pemuda dalam video penyiksaan yang beredar luas itu adalah Dofius Kogoya asal mangume kabupaten puncak yang disiksa oleh anggota TNI beramai-ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun